Monday, 22 August 2016

Wallahiko? Wallahika’!

Syahdan, Nabi Isa AS. pernah melihat seorang lelaki mencuri. Ketika Sang Nabi bertanya, “Apakah engkau mencuri?”. Lelaki itu menjawab “Tidak! Demi Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia!”. Maka Sang Nabi pun langsung percaya pada pria itu dan mendustakan apa yang telah ia lihat.[1]
Kalimat sumpah “Demi Allah”, sudah berabad abad menjadi kalimat sakral yang memiliki otoritas kebenaran atas sebuah pernyataan. Sumpah ini sering diungkapkan dengan lafaz Wallahi, Tallahi, Billahi atau bisa juga dengan menyandingkan kata sumpah dengan asma ataupun sifat Allah seperti “Demi Arrahman” atau “Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya”.

Di bumi Rahmatul Asri, kesakralan “Wallahi” juga berlaku. Ketika sebuah berita ataupun pernyataan tidak memiliki bukti yang cukup, maka dengan mengucapkan Wallahi, pernyataan tersebut seolah telah mendapat sertifikat kebenaran untuk meyakinkan semua orang. Hal ini juga berarti orang yang bersumpah siap mengambil resiko atas apa yang ia sumpahkan. Entah itu kualat maupun kafarat.