Akulah ilham, dia adalah ilham,
mereka juga ilham, bahkan engkaupun juga ilham. Karena Ilham itu adalah
inspirasi. Dan Semua makhluk adalah
sumber inspirasi. Dari burung, Wright bersaudara terillhami untuk merancang
pesawat terbang. Dari perampok, Al-gazhali terinspirasi untuk menghafal. Dari
nasehat seorang bocah Imam Abu hanifah mulai sangat berhati-hati berfatwa. Dari
pemain bola kita belajar arti
kekompakan. Dari air kita belajar istiqomah, dari anjing kita belajar
kesetiaan, bahkan dari iblis sekalipun kita belajar kesabaran, ketekunan dan
semangat pantang menyerah. Maka Tak salah jika Imam Syafi’i berkata, “ilmu itu
menyebar, tak peduli siapa yang menyebar”.
Mari sejenak berilustrasi! oase di padang pasir yang tandus bagai nikmat dari segala nikmat. Ia menyejukkan bagi para pengembara. Ketika
haus mencekik tenggorokan, dia tiba-tiba muncul sebagai pemberi harapan.
Sayangnya air air oase itu terancam lenyap karena menguap oleh panasnya terik
matahari. detik demi detik airnya kian menyusut. oase tersebut harus segera
ditolong (mansur[1])
agar tidak lenyap. Dan si pengembara butuh wadah untuk menolong sisa-sisa oase
itu.
Ketahuilah bahwa oase itu adalah
inspirasi. Inspirasi yang baru saja kau temukan. Inspirasi (ilham) yang
harus segera ditolong (mansur). Karena jika tak tertolong (Mansur), inspirasi
(ilham) yang baru saja terlintas dipikiran akan menguap, lenyap, dan dilupakan.
cara menolongnya dengan menyimpannya di wadah. Dan wadahnya adalah tulisan.
Kendati demikian, apakah inspirasi
(Ilham) yang membutuhkan pertolongan?. Tidak. Sebenarnya, Justru
engkaulah yang butuh. Engkaulah si pengembara itu. Yang melintasi gurun-gurun kehidupan
menuju kematian. Oase inspirasi harus kau tolong agar engkau juga tertolong
dari derita haus. Engkau membutuhkannya sebagi bekal
perjalanan. makanya harus kau simpan dalam wadah. Karena ditengah perjalanan, dahagamu akan kembali lagi.
Dan suatu saat isi wadahmu tak
sanggup lagi menghilangkan dahagamu, maka saat itu engkau harus segera
menemukan oase inspirasi yang lain. Jika
haus lagi, cari lagi. Begitu seterusnya! Dan biarkan terus begitu. Hingga suatu
saat pencarian oase demi oase akan mengantarkanmu ke samudra inspirasi. Asal
Ilham yang sebenarnya.
Ketika sampai di sana, akan kau
rasakan nikmatnya bermandikan pengetahuan. Maka pada saat itu tugasmulah untuk
menjadi sumber inspirasi bagi pengembara lain yang kehausan. Sebarkan
wadah wadah inspirasi yang telah kau isi. Biarkan mereka menikmati segarnya karya-karya
tulisanmu. Biarkan mereka tertolong dengan inspirasi yang kau dapat dari
samudra. Karena dengan Ilham (inspirasi), mereka jadi Mansur
(tertolong).
[1] Mansur berasal
dari kata nashara (نَصَرَ : menolong)
kemudian dibawa ke isim maf’ul menjadi Mansur (مَنْصُوْرٌ : yang tertolong /yang ditolong/ yang mendapat
pertolongan )