“Bakat itu ditentukan sejak lahir. Bisa
dikatakan semuanya ditentukan sejak manusia lahir. Lihatlah kenyataan ! orang yang jadi hokage terlahir dengan takdir
seperti itu, bukan sesuatu yang bisa didapat karena berusaha, tapi sudah
ditetapkan oleh takdir . manusia hanya bisa terus hidup tanpa menentang arusnya
masing masing” (Neji Hyuga)
Apa
yang dikemukakan oleh neji pada chapter 100 (preparation for the worst) serupa
dengan paham aliran jabariah yang berpemahaman bahwa segala sesuatu yang
terjadi pada manusia terikat oleh kehendak
Allah dan memang sudah ditentukan sejak awal oleh takdir Tuhan. Paham seperti ini juga dikenal
dengan nama fatalism, di mana manusia
tak memiliki kebebasan untuk keluar dalam lingkaran takdirnya. Dengan demikian fir’aun menjadi kafir, musa
menjadi soleh, atau barsisha yang
dahulunya ulama diakhir hayatnya menjadi kafir, itu semua adalah hal yang telah
diatur oleh-Nya. Obama menjadi presiden ke-44 di
Amerikagakure karena takdirnya memang seperti itu. Bahkan anda yang membaca
tulisan ini memang telah tercatat jauh sebelumnya di lauhul mahfuz.
Pendapat
seperti itu akhirnya ditentang oleh naruto pada chapter 103 (loser)
“Beranggapan kalau takdir semuanya sudah ditetapkan karena kejadian.
itu adalah salah besar”. _Setelah mengatakan kalimat tersebut, naruto
mengejutkan neji dengan mengeluarkan chakra siluman rubah ekor sembilan padahal
neji telah menutup 64 tenketsunya_.
Takdir
memanglah hal yang sulit dipahami. Apakah sebuah ketentuan ataukah pilihan.
Dari sini pula terjadi kontrdiksi antara jabariyah yang dipegang oleh neji dan
qadariyah yang dianut oleh Naruto. Jabariyah tidak selamanya salah, karna terkadang ada takdir yang tak bisa
ditentukan oleh manusia misalnya kematian atau hari kiamat. Hanya ada satu takdir yang sama pada
siapapun juga, yaitu kematian (neji hyuga). Paham aliran Qadariyah pun tak sepenuhnya salah, karena Allah
tak akan merubah suatu kaum kecuali mereka merubahnya sendiri.
Jadi
siapa yang benar-benar benar. ??? hidup ini tidak selamanya berbicara masalah
hitam dan putih kawan !. Namun
terkadang kita menemukan titik abu-abu. Maka dari itu, muncullah ahlusunnah wal
jama’ah yang mengambil jalan tengah pada masalah ini bahwa manusia bertindak
sesuai dengan kemauannya namun kemauan tersebut tidak lepas dari kekuasaan
Allah SWT.
Nah ! bagaimana dengan lauhul
mahfudz ?
Lebih tepatnya,
lauhul mahfudz tidak lepas dari sifat
Maha Mengetahui Allah, yang merupakan simbol ketidak terbatasan pengetahuan-Nya
atas segala sesuatu. Bukan kewenangan mutlak Allah kepada makhluq-Nya. Dengan
demikian Allah masih tetap memberi kebebasan kepada hamba-Nya untuk memilih
jalannya masing-masing apakah mau beriman atau kafir, mau rajin atau malas, mau
pintar maupun bodoh. Hanya saja Allah
telah mengetahui hal tersebut jauh sebelum manusia diciptakan.
Hal ini bisa
dianalogikan dengan prediksi Deddy Corbuzier pada saat piala dunia, bahwa
spanyol akan menang. Nah pertanyaannya. Apakah prediksi deddy yang membuat
spanyol menang atas belanda ?? tentu tidak. Kemenangan tersebut ditentukan atas
usaha el-matadora.
Intinya, ikhtiarlah
yang akan menjawab seperti apa takdir kita sebagaimana yang digambarkan pada
naruto. Karena seseorang tidak akan
mengetahui takdirnya sebelum berusaha. Namun perlu diingat “ man purpose, god dispose” . semuanya itu
terjadi atas kehendak Allah, manusia
tak boleh takabbur dengan ikhtiarnya. Dalam penggalan syairnya, Bahril Hidayat Lubis berkata,
“mereka yang menjadikan ikhtiar sebagai tuhannya. Padaha do’a merupakan esensi
dari ikhtiar”. Di akhir
kekalahannya pun neji mengakui hakekat dari sebuah ikhtiar.
Apakah yang disebut takdir manusia hanya
sesuatu yang berarak seperti awan dalam arus yang telah ditetapkan ?. Ataukah sesuatu yang bisa dipilih atas
kemauan sendiri dengan menaiki arus tersebut ?. Keduanya mungkin saja akan
sampai di akhir yang sama. Hanya saja, saat memilih cara yang kedua, seseorang bisa
berjuang mengejar tujuan hidupnya. (Neji hyuga)
BY : ILOCHIMARU