"Ada apa dik? belum dapat tanda tanganku yah?"
"Tanda tangan kakak udah saya koleksi kok," dengan bangga sambil menunjukkan puluhan koleksi tanda tangan Ilo’ dengan warna tinta yang berbeda-beda dalam sebuah buku. Entah sudah berapa jumpa fans yang dia hadiri. Niat banget.
"Kak ilo', boleh saya tanya sesuatu?".
"oh, tentu saja, kamu mau nanya apa?", Tanggapnya namun terlihat terburu-buru
"Bagaimana agar wajah saya ganteng seperti kakak?"
"oh, tentu saja, kamu mau nanya apa?", Tanggapnya namun terlihat terburu-buru
"Bagaimana agar wajah saya ganteng seperti kakak?"
"oh, no no no brada!", Ilo menarik nafas sejenak.
"Untuk jadi ganteng, wajahmu tak perlu ganteng apalagi sampai mau meniru saya. Tips rahasia kegantenganitu cuma satu"
"wah, rahasia kegantengan? apa itu?", jidat si bocah sedikit berkerut.
"Cukup kau suruh semua orang untuk memanggilmu ganteng, maka kamu akan GANTENG, bahkan mungkin melebihi kegantenganku "
"kok bisa?", jidatnya semakin berkerut.
"Karena kebohongan yang diucapkan berkali-kali suatu saat akan menjadi kebenaran"[1]
"Untuk jadi ganteng, wajahmu tak perlu ganteng apalagi sampai mau meniru saya. Tips rahasia kegantenganitu cuma satu"
"wah, rahasia kegantengan? apa itu?", jidat si bocah sedikit berkerut.
"Cukup kau suruh semua orang untuk memanggilmu ganteng, maka kamu akan GANTENG, bahkan mungkin melebihi kegantenganku "
"kok bisa?", jidatnya semakin berkerut.
"Karena kebohongan yang diucapkan berkali-kali suatu saat akan menjadi kebenaran"[1]