No Dating!
Inilah salah satu aturan aneh yang ada di kampusku STEI TAZKIA. Ditengah
hagemoni pergaulan bebas di kalangan muda mudi saat ini yang sangat
mengkhawatirkan, TAZKIA berusaha menjaga kesucian namanya dengan melarang mahasiswanya berpacaran. Dari kacamata
pesimis, kelihatannya memang sedikit utopis, mengingat hawa nafsu semakin
diakomodir oleh pengaruh liberalis. Meskipun
demikian hasil larangan itu cukup untuk mengontrol sopan santun mahasiswanya.
Setidaknya beberapa mahasiswa masih malu untuk berpegangan tangan, suap-suapan,
boncengan di kawasan kampus.
Terlepas dari pro kontra berpacaran, aku ingin memperkenalkan beberapa pacarku saat ini. Hem,
hem. Ciye, ciye. Apa? Ciyus?. MasyaAllah!. Itukah yang mau anda bilang?.
Ingat! Aku juga manusia sekaligus mahasiswa yang punya kebebasan untuk
mencintai.
Aku pacaran
dengannya sejak dua tahun yang lalu. Cinta itu bersemi di bulan Ramadhan ketika
aku membantunya melayani kaum muslimin agar nyaman beribadah. Ia sosok yang
sangat shalehah, rajin sholat, ngaji, dan zikir. Tidak hanya shaleh individual tapi
juga shaleh sosial. Pengajian selalu istiqomah. Zakat, infak, sedekah jarang alfa. Amar
ma’ruf dan nahi munkar tak pernah lelah. Ia berusaha menjadi oase
spiritual, intelektual dan finansial untuk ummat di sekitarnya. Oase-oase
itulah yang menyembuhkan dahaga cinta ku selama ini. Namanya Andalusia sosok
yang elok jelita. Lama menjalin hubungan dengannya, Aktivitas
keseharianku jadi tertular oleh kesholehannya.
Di tengah
hubunganku bersama Andalusia, aku berselingkuh dengan sosok yang lain. Kami baru
dua bulan berpacaran. Dia yang nembak duluan atau aku yang nembak duluan itu
tidak penting. Yang pastinya kami sudah menemukan reaksi cinta bersama-sama. Mahasiswa
kampus memanggilnya DINAR. Dia anggun nan menawan, sexy tapi tetap terlihat
berwibawa, elegan tapi bergaul dengan semua golongan dari tokoh elit
sampai para atlit, dari hijabers sampai facebookers, dari Mahasiswa sampai yang
masih siswa. Harus kuakui kalau aku juga
tergila-gila padanya. Aku rela mengorbankan ruang dan waktu untuknya. Rela tiap
malam update status dan tweet tentang dia. Rela keliling kota menemaninya. Hal ini
terkadang yang membuat Andalusia cemburu pada Dinar.
DINAR dan
Andalusia adalah dua sosok yang menjadi kan kampus STEI TAZKIA terlihat megah
dan gagah. Kegagahan kampus terpancar melalui DINAR, dengan berbagai event-event
menarik tiap tahunnya yang dihadiri ribuan pendatang antara lain Seminar Internasional, Konferensi Nasional, Tabligh
Akbar, Kompetisi antar Mahasiswa dan SMA, Bazaar dan lain-lainnya. Dan pada tahun ini DINAR
2014 akan mengadakan dua event baru. Woman Days Out berupa talkshow bersama
tokoh-tokoh muslimah dan DINAR Run yaitu lomba lari sepanjang lima kilometer
dalam rangka memperingati hari buku nasional.
Berbeda dengan
Dinar, Andalusia adalah simbol kemegahan STEI TAZKIA, meskipun struktur
manajemennya berbeda tapi keduanya masih tetap dalam satu keluarga TAZKIA GROUP
dan terletak dalam kawasan yang sama. Pengunjung kampus STEI tak mungkin datang
ke kampus tanpa mendatangi Andalusia Islamic Center dengan segala keindahan
ornamennya. Tak jarang masjid kampus ini menjadi lokasi syuting dan berbagai
event-event besar.
DINAR dan
Andalusia, mereka memang bukan manusia. Tapi setidaknya mereka adalah makhluk
yang masih halal untuk kupacari. Aneh?,
alasanya simpel . I love what I do and I do what I love. Aku menikmati segala
kesibukanku sebagai panitia di DINAR dan sebagai marbot di Andalusia Islamic. Kesalahpahaman,
keegoisan, kemalasan, kejenuhan, kepercayaan, kerjasama. Aku menikmati fluktuasi
gejolak di dalamnya, meski itu semua menguras banyak energi. Dinar dan Andalusia mengajariku banyak hal yang tak mungkin aku dapatkan di dalam kuliah, mereka
berdua adalah pacar yang membantuku untuk lebih dewasa. Takbir!.