Mata Rakyat telah dicabut, Rakyat meraba-raba dalam kasak Kusuk
_Sajak Mata Mata WS Rendra_
Sebuah konferensi rahasia yang dihadiri
oleh orang-orang penting negara, berlangsung di bawah sana. Mereka
sedang menggelisahkan sebuah berita yang mengancam rahasia negara tercuat ke
publik.
“Hanya karena sebuah postingan blog, waktuku terbuang di tempat
ini?”, Gumam seorang petinggi A.
“Aku juga tak menyangka dampaknya akan separah ini. Beberapa
Stasiun TV telah memberitakan kesotoyan kesotoyan mereka”, diikuti gumaman petinggi
B.
“Mau bagaimana lagi?, ketika satu anjing menggonggong, anjing
yang lain ikut menggonggong meski tak tahu apa yang sebenarnya digonggongkan”,
Petinggi C bergumam tenang
“Kalau begitu segera perintahkan anjing anjing media itu untuk
menghentikan berita nya!.” Seru petinggi D
“Slow Down, Baby!, Kau kira dengan seperti itu gonggongan
akan berhenti?. Saat ini, publik tak sebodoh itu. Ketergesa-gesaan kita justru
akan membuat masyarakat semakin curiga” Petinggi E ikut angkat bicara
“Lalu apa yang harus kita lakukan?”, Tanya petinggi D.
“Biarkan berita itu mengalir sewajarnya. Dan seperti biasa, kita
angkat beberapa berita yang lebih heboh dan menarik bagi mereka”, Saran
Petinggi E.
“Apalagi yang lebih heboh selain ini?. Tak ada lagi. Kasus
terorisme? perselingkuhan para pejabat? sensasi unik para artis? kemunculan
aliran sesat? Semua itu cuman bertahan beberapa hari doang, gak bakal mempan
mengalihkan gonggongan mereka.” Petinggi B terdengar pesimis.
Semua pun mulai diam berpikir sejenak. Petinggi E sedang
memainkan HP nya, mengirimkan sebuah intruksi kepada salah satu jaringannya. Sesaat
kemudian pesan balasan masuk. Dan Petinggi E kembali membuka forum dengan wajah
yang lebih cerah.
“Masalah ini akan segera terselesaikan. Aku tahu siapa bidak
pengalih yang paling cocok kita gunakan untuk masalah seperti ini”. Sekilas
senyum petinggi E merekah sementara
yang lain masih bertanya-tanya. Dan
setelah mendengar penjelasan dari petinggi E , konferensi itu pun bubar dengan
masalah yang sepertinya telah diselesaikan.
*******************************
Di Sebuah
ruangan, bertumpuk berkas-berkas isu besar yang mengantri untuk diluncurkan. Tinggal
menunggu momen yang tepat untuk peluncurannya. Sebagian berkas sengaja
ditampung karena keraguan, sebagian lagi karena suapan. Seorang pria memasuki
ruangan itu setelah mendapatkan perintah dari atasannya. Ia tengah sibuk
mencari sebuah dokumen. Tak lama kemudian dokumen yang ia cari sudah
ditangannya. Tanggal masuknya masih baru. dibuat beberapa hari yang lalu ketika
seorang gadis melaporkan telah dilecehkan oleh idolanya.
********************************
Siang itu
Ilo sedikit kesal, suara bell diikuti gedoran pintu bertalu-talu mengganggu
tidur siangnya di hari libur. Namun kekesalan itu berubah menjadi keterkejutan
ketika ia menyaksikan beberapa polisi, wartawan dan reporter sedang menanti
kemunculannya di depan pintu Apartemen. Tanpa basa basi, petugas polisi segera
menyerahkan surat penangkapan.
“Fitnah macam apa lagi ini?”, desis nya dalam hati setelah
membaca lembaran tersebut.
Tapi mau bagaimana
lagi, Ilo tak memiliki daya untuk melakukan perlawanan. Beberapa jam kemudian
Ilo’ sudah ditahan di kantor polisi dengan tuduhan pelanggaran asusila.
Belantara social media mulai ramai dengan kicauan, gonggongan,
ngeongan, kokokan, ataupun cicitan para likers maupun haters. Tagline
#SaveILO #PrayforILO menjadi world trending topic di
sosial media.
Hari itu, minggu
itu, bulan itu wartawan panen berita. Reporter mondar mandir mengikuti jam terbang. Ini skandal
nasional, tak boleh disia-siakan. Dan lagi lagi, Bad news is a good news.
Bermacam spekulasi pun dimunculkan untuk mempercantik berita. Meskipun
faktanya Budi melempar anjing, tentu orang akan lebih tertarik mendengar Budi
dilempar anjing. Hal yang sensasional memang sering menarik perhatian. Sedikit
demi sedikit, objektivitaspun disampingkan. Wejangan jurnalistik Socrates tak
berlaku lagi. Apakah itu benar?, Apakah itu baik?, Apakah itu bermanfaat?,
bukan lagi filtrasi sebelum menyaji dan mengkonsumsi informasi. Entah siapa
yang menodai dunia jurnalistik macam ini? Apakah Jurnalis yang tergoda mengikuti
ketertarikan (demand) pemirsa ataukah pemirsa yang tergoda mengikuti sajian
(supplies) berita para Jurnalis?. Baik penggoda maupun yang tergoda, akan sama
sama nista. Penggoda nista karen kepicikannya. Yang tergoda nista karena
kebodohannya.