Engkau imut?
heh, siapa bilang?
Engkau
pintar? sebagian persepsi mengiyakan.
Engkau menguntungkan? sebagian persepsi menidakkan
Engkau menguntungkan? sebagian persepsi menidakkan
Aku tak tahu mengapa makhluk seperti dirimu harus ku perjuangkan.
Mau bagaimana
lagi?
Aku terpenjara
dalam sebuah sistem yang mengharuskanku mengejarmu, mendekatkan diri kepadamu,
berdamai denganmu bahkan mencintaimu.
Katanya
engkau selektif, hatimu hanya untuk mereka yang tekun, pantang menyerah dan menjauhkan
diri dari kemalasan.
Ternyata
bukan cuma itu, syarat mu masih banyak, penuh dengan prosedur yang tak ku
mengerti.
Kapan yah
kita pertama kali bertemu?. oh ya aku ingat, semester tujuh di sebuah taman
metolit.
Engkau
menjadi pusat perhatian, buah bibir yang rasanya tak pernah habis.
Mereka semua mulai
berpikir keras, apa judul yang pas untuk spesies seperti dirimu.
Konon memang
seperti itu, engkau baru mau diajak bicara jika sudah dijuduli.
Judul itu
layaknya rayuan dan pujian. Harus segar,
cetar dan menggelegar.
Pengaruh, pengaruh, pengaruh.
pengaruh bla
bla bla terhadap bla bla bla.
Saat itu
wawasan polosku hanya tahu kata itu untuk sebuah judul.
Padahal
banyak kata lain, seperti "Dampak",
Analisa
Dampak bla bla bla terhadap bla bla bla. Jiaaahhh, sama saja.
Sepertinya
aku butuh mak comblang untuk menjembatani hubungan kita.
Bu Tutut dan
Pak Djazuli, dua orang ini lah yang ku percaya bisa membantu.
Dan instingku
memang tepat. Berkat arahan dari mereka, hubungan kita terjalin.
Aku mulai
mengenal mu dengan baik. Bagaimana dengan dirimu?. semoga saja ini tak bertepuk
sebelah tangan.
Alhasil, frekuensi
pertemuan kita begitu stabil.
Meskipun
selalu aku yang duluan rindu.
Kita muhrim
atau bukan , itu tak penting lagi
Lagian, saat
aku bercengkrama denganmu, yang menggebu bukanlah libido seksual melainkan
libido intelektual.
Karena ku tak
tahu kapan terakhir kali mengobok obok buku-buku literatur sebanyak ini.
Hanya
bersamamu aku rela menyentuh jurnal-jurnal ilmiah yang dulunya aku alergi.
Suatu hari, kedua
mak comblang ku kembali menyarankan agar hubungan ini harus kuteruskan ke tahap
seminar proposal.
Tahukah
engkau bahwa proposal itu serapan dari negeri Ratu Elizabeth? artinya LAMARAN.
Jujur, aku
belum siap. Namun tetap Kulakukan.
Lamaran tidak
sehoror yang ku bayangkan, tapi
Engkau dan wali
mu tetap mensyaratkan sebuah mahar, agar hubungan ini tetap dilanjutkan.
Mahar tidak cuma
aset finansial, tapi juga aset intelektual dan spiritual
Tahukah
kalian? Mahar yang harus ku penuhi itu berupa
data dengan hasil olah dan analisa teruji di sertai landasan syariah
yang otentik.
Aku mulai
jenuh dengan hubungan ini tiap kali mengingat mahar yang engkau minta.
Bertemu
denganmu pun aku mulai enggan
Meratapi data
tak tertata, tahap analisa masih jauh bulan dari madu.
Ujung-ujungnya
aku berselingkuh dengan sosok anime yang jauh lebih menghibur ketimbang dirimu.
Sosok anime itu
semakin memperlebar jurang diantara kita.
Lagi-lagi aku
beruntung tetap diwaraskan oleh malaikat
yang ku panggil ibu
Suaranya
terus berbisik agar aku tetap memperjuangkanmu
Kerangkeng kemalasan
itu berhasil ku lepas, ku merdeka dari ilusi zona nyaman
Jari-jari ku
kini kembali menari di atas keyboard, mencoba berdamai dengan segala
kompleksitasmu
Yang aneh dan
lucu, semakin ku menenggelamkan diri dalam kerumitanmu, semakin ku teguk
nikmatnya.
Inikah
cinta?. Jiaahhhhh
Dan hari itu
pun tiba,
dihadapan
wali mu aku diuji.
Padahal aku
merasa sudah gagah, tapi mereka belum puas.
Banyak yang
harus direvisi. Datanya, metodenya, ejaannya dan
RAMBUT
Apa? Rambut?
Tanya Kenapa?
Jangan berkilah! Pokoknya rambut.
Dan ku penuhi
semua itu.
Hari ini
adalah hari pembebasan
Engkau telah
ku raih, ku miliki, ku banggakan, dan ku pamerkan
Dan jangan
tanya apakah aku masih cinta!
Karena daya
tarik mu hanya berwujud tantangan. Tidak
lebih.
Penaklukkan
berarti habisnya pesonamu
Untuk apa ku
kejar lagi?
Mungkin saat
ini kehadiranmu hanya sebatas koleksi
Sebagai
pemuas keangkuhan intelektualku.
Babakan Madang, 1 September 2015
Babakan Madang, 1 September 2015