Bagitu gaduh penjara hari itu. Tahanan kelas bawah datang menyusup ke
jeruji sebrang demi menemui tersangka kasus pencabulan yang mereka dengar dari
desas-desus. Melihat semua mata melirik Ilo’, kini para tahanan itu berkumpul
mengelilinginya. Kepala sipir mulai komat kamit memanggil bantuan melalui
walkie talkie. Ilo’ kebingungan sementara dua teman ngobrolnya khawatir tak bisa
melakukan apapun.
Di tengah kerumunan massa berotot kekar itu, ada satu orang yang tiba tiba melangkah maju
ke depan ilo’ dengan memegang sebuah alat yang bentuknya mirip pistol. Ilo pun
semakin cemas tatkala alat itu diarahkan ke badannya.
“Bang, bisa minta tanda tangan di punggung saya gak? Pake ini.!”, sambil menyerahkan benda itu. Barulah ilo’ tahu kalau yang diserahkan kepadanya
adalah sebuah alat jarum tatto. Nampaknya lelaki itu adalah big Boss dari
jeruji sebelah. Semua tahanan mengikutinya. Dan beruntungnya ia adalah salah
satu fans berat ilo’ semenjak terjun di dunia kriminal.
Kegaduhan itu sempat membuat ramai berita namun suasana kembali
ramah, tenang dan damai. Kini ilo’ memiliki banyak kenalan baru dari jeruji
sebelah, dengan berbagai latar belakang. Selain para pencuri, perampok, koruptor,
ia juga bertemu tawanan-tawanan ideologis yang dianggap berbahaya bagi negara,
serta beberapa aktivis aktivis yang nyaring mengumandangkan revolusi.
*******************
Di sisi lain, dunia pertelevisian mulai gelisah. Program acara drama,
sinetron, dan juga talk show yang dibawakan oleh ilo harus dihentikan sejenak.
Para penonton menggugat, rasa penasaran mereka tak terbendung. Para
produser berpikir keras untuk memuaskan konsumennya, mau tidak mau mereka harus
mencari pemeran pengganti atau mengubah skenario cerita karena absennya sang
Bintang, namun itu akan menurunkan rating mereka. Beberapa sutradara akhirnya mengambil
terobosan baru, dengan mengubah plot cerita dengan latar belakang penjara.
Akhirnya selama beberapa pekan, penjara begitu ramai dengan hadirnya
para crew untuk syuting mengambil gambar. Pihak penjara dengan terpaksa
mengizinkan karena desakan massa yang sudah tujuh malam demo pawai obor dan lilin.
Apa boleh buat? Demi menghindari potensi Chaos yang lebih besar.
Acara TV kala itu hamper semua bertemakan penjara. Dari berita, sinetron,
gossip hingga bahkan acara talk show yang dibawakan Ilo’ dijadikan live di balik jeruji. Yang biasanya penontonnya
beralmamater kampus, kali ini berseragam tahanan.
Di dapan layar TV, seorang petinggi konferensi bawah tanah tertawa
terpingkal pingkal. Melihat hampir semua acara TV berpusat ke satu orang, bidak
andalannya.
“Ini sudah lebih dari cukup”, kata dia sambil meraih telpon kemudian
memberikan intruksi selanjutnya kepada para bidak bidaknya yang lain.