Mereka
begitu khusyu’ menyaksikan adegan sepak bola yang dipantulkan proyektor pada
tembok kelas. Umpan-umpan yang akurat, penggiringan bola yang lincah serta
tendangan keras yang berujung dengan getaran pada jaring gawang. Hanya beberapa
menit berjalan, video tersebut kemudian di PAUSE. Kekhusyuan mahasiswa terhenti,
Sang dosen melanjutkan kuliahnya.
"Sebutkan kata yang bisa mewakili video sepak bola
tadi??" Tanyanya kepada seluruh mahasiswa.
beberapa detik terasa hening, hingga terdengar satu suara.
"kerja keras Pak " jawab entah suara siapa.
"ada lagi?" matanya melirik ke yang lain
"Skill?" jawab yang lain karena merasa dilirik.
"masih ada jawaban lain?" tampaknya Sang dosen belum
puas.
"saling percaya"
"Boleh, masih ada lagi?", Tanyanya lagi, seakan
menantang seluruh peserta kuliah. Tantangannya disambut, semua
berbondong-bondong memberi jawabannya.
"Berusaha"
"Pantang menyerah"
"Tekad membara"
"kelincahan"
"kepemimpinan"
"fokus"
"Sabar"
"kebersamaan"
"Achievement throught teamwork"
Kelas tak lagi hening, puluhan jawaban keluar dari mulut
yang tadinya terkunci oleh rasa malu.
"Berlari"
"memiliki tujuan"
"peluang"
"ambil resiko"
Akhirnya, Suara demi suara
mengundang suara lain untuk memberi jawaban.Tapi sayang, jawaban-jawaban mereka
muncul bersamaan, sehingga sulit untuk mendengar satu kata pun. dan ini sebuah
kebiasaan buruk jika hanya berani berpendapat ditengah kebisingan.
Sang
dosen menunggu sampai para mahasiswanya kehabisan kata. Ia jelas tahu siapa
pengecut yang meggonggongkan jawabannya dbalik keributan dan siapa yang benar
berani. Oh iyya, Aku lupa memperkenalkannya terlebih dahulu. Para mahasiswa
memanggilnya pak Andang. Untuk semester ini, dialah dosen yang disenangi teman
teman mahasiswa. Jika kuliah dimulai, kelas terasa seperti acara Golden way
Mario Teguh. Penuh dengan video-video inspiratif dan quotes-quotes motivasi.
Studi Kepemimpinan Islam, mata kuliah itulah yang dinanti-nanti setiap minggunya,
meskipun sebagian mahasiswa menyebutnya mata kuliah golden way.
Lanjut
kuliah, Pak Andang menyebutkan satu kata, "PERAN". Aku masih bingung
keheranan.
"Karakter leadership itu terlihat dari Seberapa banyak
peran yang kita miliki dalam sebuah komunitas. Seberapa besar kita berdampak
terhadap yang lain"
"maaf pak", potongku."Ketika seseorang
terlalu menonjolkan perannya dalam sebuah organisasi, bukankah itu malah
menjadikan yang lain merasa malas dan minder untuk mengambil peran".
pernyataan ini jelas marupakan kesimpulan dari asil pengamatanku terhadap orang
orang yang kehadirannya selalu mengundang teori konspirasi 4L. Apa itu?? Lu lagi lu lagi.
"Peran seseorang itu memiliki batasannya masing-masing.
Jika anda diamanahkan sebagai keeper, jangan mengambil bertindak sebagai
starter ataupun striker selama masih ada yang mengisi. perhatikan video tadi!. Semua
pemain memainkan perannya, Keeper, Starter, Striker semua menjadi factor
penentu terciptanya gol". Akupun mengangguk, Lumayan sepakat.
Pak
Andang mengajarkan bahwa kepemimpinan itu merupakan seni mempengaruhi orang
lain. Easy to say, Difficult to do. Ini tak semudah dengan teorinya loh. Sungguh tidak mudah untuk
menjadikan seseorang mau dengan senang hati melakukan apa yang kita
perintahkan. Bahkan untuk diterima oleh orang lainpun kita kadang kewalahan.
Tentunya kita harus tahu siapa mereka dan siapa diri kita.
Pak andang bilang "Semua harus
dimulai dengan mengenal". Mengenal Siapa?, Yaitu mengenal diri kita
sendiri. Orang yang bahkan tak mengenal siapa dirinya mana mungkin dapat
mempengaruhi orang lain. Kenali diri, Terima diri, dan Cintai diri. Sehingga seseorang
dapat mengaktualisasikan dirinya. Super
Sekaliii.
Kuliah-kuliah
yang dibawakan Pak Andang merupakan serial pengembangan diri bagi para
mahasiswa. Sampai pada suatu hari, Ia memberikan tugas akhir yang tak kusangka
membawaku kepada orang-orang penting berikutnya.
"Orang hebat pastinya berguru dengan orang hebat"
Mahasiswa masih menerka-nerka apa maksud perkataannya.
"Pada akhir semester ini, saya akan memberikan kalian
tugas."
"Apakah itu?" semua menerka dalam hati
"Kalian akan ditugaskan untuk mewawancarai tokoh
masyarakat"
Dibaginyalah kelompok-kelompok beserta para tokoh yang akan
diwawancarai.
Namaku terpampang di dinding dengan tugas mewawancarai Ippho
Santosa, seorang pakar otak kanan yang akhir2 ini bukunya selalu menjadi best
Seller.
"Pas Sekali" Hatiku bergumam. Memoriku berputar,
pertama kali ku kenal seorang Ippho ketika diprospek oleh orang MLM. Selepas
dari seminar MLM, aku diajak ke toko buku.
"Kamu harus ngasah otak kanan lo'" Katanya. Sambil
mendekati sebuah buku dengan judul 10 jurus terlarang. Lewat buku tersebutlah
aku banyak tersengat motivasi-motivasi jitu untuk beraktualisasi diri _bukan
untuk ber-MLM_.
Senang rasanya diberi tugas untuk
mewawancarai Ippho Santosa. Mungkin ini sebuah takdir "pertemuan antara
dua orang hebat", Narsisku dalam hati. Semangat ku beserta teman teman sekelompok
berapi-api untuk menemui Ippho. Namun ketika keluar dari kelas, Semangat itu langsung
menguap dan sedikit demi sedikit terlupakan, akhirnya virus-virus penundaan pun
datang.
“ntar aja”, “kapan-kapan”, “minggu depan aja”
Hingga deadline tinggal 2 minggu
lagi. Pas mulai digarap, ternyata Mas Ippho sedang diluar negeri. semua jadi
bingung. Masa’ kami harus nyusul ke Amerika buat wawancara?
"Alternatifnya apaan nih, Lo’?",
tanya si Andi yg paling cemas diantara kita. Soalnya nilai tugas memiliki porsi
30% dari Mata Kuliah.
Akhirnya berbagai saran pun datang,
Muhlis nyaranin Mahfud MD, katanya sih sama sama orang Madura, preettt. Yang lain
saranin Arifin Ilham, soalnya lokasinya dekat di perumahan Az-zikra. Ada juga
yang menyarankan Hidayat Nur wahid yang namanya masih hangat setelah penilihan
Gubernur DKI kemarin, Sang Raja.
Aku sendiri nyaranin Iwan fals dan
H. Rhoma Irama. Alasannya?? Soalnya 2 orang ini Musisi Favoritku hehehe. Iwan
Fals dengan lagu-lagunya yang Indonesia banget dan akupun Orang Indonesia.
Serta Bang Haji dengan lagu dangdutnya yang banyak mengandung inspirasi.
Yeahhh, Dangdut is the Music of my
country.
Jika diwawancarai tentang
kepemimpinan, dua orang ini kayaknya pas
banget. ORANG INDONESIA mana yang tak kenal dengan iwan fals?, ia sudah dikenal
dengan syair satirenya yang begitu tajam menyinggung fenomena pemimpin di
Negara ini. Dan Siapa yang meragukan Sang raja Dangdut yang lagi booming sedang
mencalonkan diri menjadi Presiden.?
Namun Planing hanyalah planning. Alamat
bang haji sulit didapat. Alamat Bung Iwan Fals udah ketemu, tapi sulit
menetukan waktu berbarengan. Akhirnya, hari tinggal dihitung jari. “Gimana
Dong???”
“Gimana kalau kita wawancara pak
Hamzah Haz aja?”, Kata Haldi.
“Gua tau kok alamatnya, beliau
sering solat di Masjidnya”, Tadaa. Tumben bocah ini ngasih solusi cerdas.
Akhirnya dua hari sebelum
pengumpulan tugas, kami menuju TKP pak Hamzah Haz. Ternyata memang benar,
kediaman beliau sama lokasi dengan taman kanak kanak dan masjid pribadi. Benar
benar cocok buat orang yang pensiun. Aku masih tak percaya, orang Cempa bisa menginjakkan kaki di sini. Satu-satunya yang pling ku ingat tentang Hamzah Haz ketika penghitungan suara wakil presiden Indonesia disiarkan di TV. Saat itu aku masih TK dan belum terlalu mengerti apa-apa. Namanya begitu sering disebut dengan nada yang khas. "Hammmmzaaaa Hazzzzzz", jika nama itu disebut, Ayah dan Ibu juga ikut menulis satu Garis Turus diselembar kertas. Mereka juga ikut menghitung dalam momen bersejarah yang disiarkan pada TV tua kami
“Assalamu alaikum”, aku setengah
teriak di depan pintu rumah Pak WaPres. Belum muncul jawaban, salamnya ku ulang lagi. Rumahnya cukup sederhana
diruang tamunya terpajang foto beliau berukuran jumbo. Kata Haldi ruangan ini
sering digunakan sholat jum’at jika masjid tak muat lagi menampung para jamaah.
Lama menunggu, akhirnya muncullah
seorang bibi.
“maaf bu’ pak Hamzah Haz nya ada?”
“Bapaknya lagi istirahat, coba
melapor dulu ke security,” katanya.
Tiba tiba muncullah sesosok makhuk
yang berseragam polisi. Sinis, cuek, sok
sangar. Itu kesimpulan kami untuknya. Sejenak kami mengobrol dengannya namun pada intinya
kami tetap tak diizinkan untuk mengganggu sang Mantan wakil presiden. Akhirnya kuputuskan
untuk tetap menuggu di Masjid berharap Pak Hamzah Haz datang sholat ashar.
Tadaa, firasatku benar. Bersamaan
dengan masuknya waktu ashar, beliau muncul dengan Gamis putihnya. Sayangnya
beliau langsung melakukan Solat sunnah,sehingga cukup segan untuk mendekatinya. Lama kutunggu sampai sholatnya
selesai, tiba tiba muadzin Iqomah. Apa boleh buat. Mungkin rezekinya pas
setelah selesai solat ashar aja.
Kamipun shoat berjamaah dengan Sang
mantan wakil presiden. Jujur, sholatku tidak sepenuhnya khusyu’ memiirkan
kemungkinan yang akan terjadi. Soalnya pak polisi tadi melarang keras untuk
menganggu beliau.
“Assalamu alaikum warahmatullah”, sholat
pun usai. Beberapa orang mendekati Pak Hamzah Haz dan mengajaknya ngobrol.
Akupun ikut mendekat. Selangkah demi selangkah terasa menegangkan. Tinggal 2
langkah lagi, Pak Polisi langsung memberikan lirikan penuh ancaman. Sifat
pengcutku langsung keluar. oh tidak, tanpa perintah kakiku mundur secara reflex.
Momentum berhargaku telah lenyap. Pak Hamzah Haz hanya melihat kami kemudian
pergi.
Dalam perjalanan pulang dengan
tangan hampa, aku tak henti-hentinya mengutk pak polisi tadi dan juga menyesali
sifat penakutku. Padahal tinggal beberapa langkah lagi. “Harapan itu masih ada”,hiburku
dalam hati. Pokoknya besok aku tak akan memperdulikan setiap teguran dan
halangan.
Keesokan harinya Aku dan Putu datang kembali.
Strategi kami rubah. Kali ini kami akan menghindari polisi itu hingga sholat
ashar di mulai. Dan alurnya masih seperti kemarin. Namun ketika selesai sholat,
pak Hamzah Haz langsung kudatangi dan menjbat tangannya yang sudah keriput. Pak
Polisi hanya melihat kami dengan pasrah. Mau apa lagi, Pak Hamzah Haz sudah
dalam genggamanku.hohoho
Usai jabat angan, tangannya tak langsung
kulepas, sambil berbisik mantap, “Pak, ada waktu gak? Buat wawancara. Yah,
kurang lebih 5 menit”. Benar benar mantap. Sang mantan wakil Presiden akhirnya menyetujui,
bahkan menunda dulu sholat sunnah rawatibnya.
“Ini wawancara tentang apa?”
“kepemimpinan pak!”
Belum ku mulai pertanyaannya,
Beliaun sudah berbicara duluan. mencurhatkan segala ironi yang terjadi di
Negeri Ini.
“Siapa bilang negeri kita miskin
harta? Buktinya ada banyak kekayaan alam di negeri ini”
“Dan aneh juga jika bangsa ini dikatakan
miskin akhlak, dikarenakan mayoritasnya dihuni oleh penduduk muslim. ”.
Bukan miskin harta bukan juga
miskin akhlak, terus apa dong?
“Kita ini miskin Kaffaah” tegasnya.
Kami hampir tertawa, benar-benar
majas yang menusuk. Mengapa harus disebut miskin Kaffah? Apa sebab Pak Hamzah
Haz terlihat begitu pesimis. Silahkan cek dokumentasi wawancara kami.
Usai wawancara, kamipun lega bisa menyelesaikan
misi dari Pak Andang, tinggal nyiapin movie slide dan presentasinya. Sepulang dari rumah pak Hamzah, orang tua di kampung
langsung ku kabari, bahwa anaknya di tanah rantau baru saja bertemu Mantan
wakil Presiden Indonesia. Aku yakin, ini bakal jadi trending topic buat para tetangga
sebelah rumah, hehehe.
Lima menit yang
diluangkan beliau akan terus tersimpan di memoriku. Dari obrolan beliau, satu
hal yang kembali ku mengusik pikiranku. Ternyata generasi muda saat ini masih
memikul PR yang sangat banyak.