Friday 22 June 2012

PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA

MAKALAH PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA

حضارة الاسلامية في اندلوسيا
From the glory to the collapse of Andalus
 BY 
ILHAM MANSUR
SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM TAZKIA BOGOR


 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal munculnya Islam di benua Eropa karena Spanyol merupakan pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana diinformasikan dalam buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke Wilayah Barat (dalam hal ini benua Eropa bagian Barat) terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifah (pemimpin) AI-Walidbin Abdul Malik.
Pada saat itu Musa bin Nusair sebagai panglima perang khalifah dan Tariq bin Ziyad sebagai komandan lapangan, dimana keduanya dianggap sebagai tokoh pelaku utama atas masuknya Islam di Spanyol. Mereka berhasil mnguasai wilayah Afrika Utara dan kemudian menyebrang ke benua Eropa. (Nielsen, 1992: 1). Setelah masuknya Islam di Spanyol maka banyaklah kemajuan-kemajuan yang diperoleh dan hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tokoh-tokoh dan para ilmuwan yang muncul dari sana. Namun setelah berabad-abad lamanya Islam menguasai Spanyol, mulai mengalami kemunduran dan kehancuran bahkan kemudian Islam hilang dari bumi tersebut. Hal ini disebabkan berbagai faktor.

B. Permasalahan

Dari uraian tersebut di atas, maka muncullah beberapa persoalan sebagai berikut:
1.      Kemajuan-kemajuan apakah yang telah dicapai oleh Spanyol pada masa kejayaan Islam di sana?
2.      Bagaimana proses runtuhnya pemerintahan Islam di Spanyol?
3.      Faktor apa saja yang menyebabkan runtuhnya Islam di Spanyol?
4.      Bagaimana kondisi umat islam di Spanyol psca runtuhnya pemerintahan Islam?
5.      Bagaimana pengaruh peradaban Islam di Andalusia terhadap Eropa?

C. Metode dan Sistematika Penulisan
Tulisan yang berupa makalah ini mencoba membahas persoalan atau masalah-masalah pokok sebagaimana telah dikemukakan diatas dengan secara seksama. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan tulisan ini.
Adapun metode yang kami gunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif analisis, yakni menelaah sumber-sumber data dan menganalisisnya dengan pendekatan sejarah. Serta menyajikannya dengan Domino Efek. 
Penulisan ini dibagi dalam tiga Bab yakni: Bab I berisikan Pendahuluan yang meliputi; latar belakang masalah, Permasalahan dan Metode Penulisan. Pada Bab II akan dibahas tentang Spanyol pada Masa Kekuasaan Islam yang meliputi: Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa Islam dan Kemunduran dan Kehancuran Islam, serta pengaruhnya terhadap Eropa. Bab III adalah penutup yang memuat tentang kesimpulan dari tulisan ini.








BAB II
PEMBAHASAN

A.       KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA
Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual. Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
a.      Kemajuan Dalam Bidang Militer dan Pemerintahan

Ketika Spanyol masih merupakan wilayah yang integral dengan Damaskus, Spanyol Islam adalah bagian dari propinsi magrib (wilayah Barat) yang ibu kotanya di Qairawan (sekarang Tunisia), maka konstitusi yang berlaku sesuai dengan yang ada di Damaskus. Sementara itu Spanyol terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu : Pusat, Timur dan Barat. Wilayah pusat meliputi kota Cordova, Granada, Malaga, Almeria, Jaen dan Toledo. Wilayah Timur meliputi Saragosa, Valencia, Murcia, Cartagena dan Albarraccin. Wilayah Barat meliputi . Sevilla, Jerez, Gibraltar, Tarifa, Beja, Budajoz, Merida, Silves dan lisbon.(Chejne, 1974: 138).
Untuk melaksanakan pemerintahannya dibetuk lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai tugas dan fungsi tertentu yang di tangani oleh orang-orang yang sesuai dengan ke ahliannya. Beberapa badan dan jabatan yang ada pada saat itu antara lain.
1. Al-Hajib, yaitu pejabat yang paling berpengaruh di lingkungan istana, Sebagai media antara penguasa dengan pegawai-pegawai istana dan rakyat lainnya.
2. Al-wazir atau mentri, yaitu orang yang menangani masalah keuangan, hubungan. Hubungan luar negeri dan keadilan. Jabatan ini kemudian menyamai jabatan hajib yang biasanya diduduki oleh para panglima militer.
3. Al-Katib atau Sekretaris Negara, meliputi pekerjaan korespondensi dan pengiriman surat-surat serta dokument negara.
4. Khazin al-Mal (petugas pajak), Yaitu orang yang mengurusi pajak-pajak dari seluruh propinsi.
5. Al-Qadli atau Hakim, yang dibagi 3 bagian, yaitu hakim militer, hakim rakyat dan Hakim para hakim.
6. Shahib al-Mazhalim, yaitu badan pengendalian atau semacam hakim yang bertugas mengoreksi penyimpangan-penyimpangan para pejabat. Biasanya jabatan ini ditangani oleh penguasa atau delegasinya.
Lembaga-Iembaga lain sebagai pembantu adalah lembaga kepolisian, inspektur pasar, dinas pekerjaan umum, dan lembaga perwakafan. Disamping itu ada Juga majelis-majelis yang diselenggarakan untuk membahas berbagai persoalan.


Sebagai suatu wilayah negara, Spanyol Islam diperlengkapi dengan personil-personil militer lebih banyak dari jumlah ketika mereka datang. Dan untuk keamanan serta pertahanan kedaulatannya, Amir membangun kekuatan militer di Spanyol. la mendatangkan lebih dari 40.000 personil dari afrika untuk dilatih dengan mendapat gaji baik, agar mereka benar-benar setia menghormati dan mau ikut menjaga kekuasaan Amir.(Hitti, 1970 508).
Pasukan militer dibedakan menjadi empat kelompok. Yaitu:
1. Tentara tetap (Profesional) yang berpangkalan di Cordova.
2. Tentara Reguler (Jund) yang dipimpin oleh penguasa wilayah militer.
3. Tentara Irreguler (Belladi), yaitu orang-orang Arab yang datang bersama Musa Ibnu Nushair.
4. Tentara luar biasa atau sukarelawan (Hasyid), yaitu orang-orang yang tidak diminta dan dengan sukarela bergabung bersama kekuatan militer (lmamuddin, 1981: 63).

Adapun prestasi-prestasi Islam di berbagai peperangan peperangan di antaranya
·         Menghentikan serangan pasukan Abbasiyah (763 M)
·         Mengalahkan raja prancis pada pertempuran selat Roncesvalles (778 M)
·         Menaklukkan selatan prancis (792 M)
·         Mengalahkan pasukan Normandia (844 M)
·         Mengalahkan kerajaan Lyon (938 M)
·         Menaklukkan Spanyol pada perang Symanchus (981 M)
·         Memukul mundur pasukan Spanyol pada pertempuran jarbirah (999 M)


b.      Kemajuan di Bidang Sosial
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.

Ketika Islam datang ke Spanyol, komposisi masyarakat yang ada dinegeri itu cukup heterogen yang terdiri dari orang Arab, orang Arab-Spanyol, orang Afrika Utara, dan orang Yahudi. Heterogenitas masyarakat tersebut belakangan diketahui memberikan saham intelektual dan kebudayaan yang cukup hebat yang kemudian melahirkan kembali era kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban.
Heterogenitas komposisi masyarakat, di ikuti dengan heterogenitas agama. Sementara Islam datang dengan semangat toleransi begitu tinggi. Bahkan dengan semangat toleransi itu Islam telah mengahiri kezaliman keagamaan yang sudah berlangsung sejak lama. (Majdid,1995:70). Bagi orang Kristen dan orang Yahudi disediakan hakim khusus yang sesuai dengan agama mereka masin-masing. (Syalaby, 1979: 86). Semua kelompok agama dengan datangnya Islam, mendukung dan menyertai pembangunan peradapan yang berkembang dengan gemilang.
Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang timbul pada pemikiran para ulama dalam artiluas. Hal ini terbukti sekalipun dalam konstelasi politik, masyarakat Islam Spanyol melepaskan diri dari Baghdad, dari banyaknya para ulama Spanyol yang mendalami ilmu di Bagdad untuk dikembangkan kemusian di Spanyol.
Persaingan antar muluk AI-Thawa'if ternyata justru menyebabkan perkembangan peradaban. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitar Cordova, semuanya bersaing ingin menandingi Cordova dalam hal kemajuan Ilmu pengetahuan, sastra, seni, kebudayaan.

c.       Kemajuan di Bidang Perekonomian.
Masa pemerintahan abdurrahman II merupakan zaman kegemilangan Islam, karena pertumbuhan ekonomi yang baik terutama di bidang pertanian. Tanah-tanah gersang diubah menjadi lahan yang produktif. Guna meningkatkan produktivitas pertanian, Para ahli muslim melakukan study tentang tanah, menggunakan alat-alat baru untuk meratakan gunduka-gundukan dan tanah berpasir. Juga menggunakan pupuk untuk mempersubur tanah serta meningkatkan sistem irigasi.
Perkembangan kemajuan di bidang perdagangan sangat memberikan keuntungan, termasuk bea dan cukai, ekspor-impor yang dapat menempatkan kerajaan Islam Spanyol pada tingkat tertinggi penghasilannya. Perkembangan di bidang ekonomi ini ditopang juga oleh perencanaan pembelanjaan kerajaan yang terorganisir dengan baik sesuai rencana. (Sou'yb, 1981 :221).
d.      Kemajuan di Bidang pembangunan fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Saat kordoba berada di puncak kejayaannya, ada sekitar 200.000 rumah di kota tersebut, bersama dengan 600 masjid, 900 tempat permandian umum, 50 rumah sakit, dan beberapa pasar besar yang melayani semua cabang perdagangan dan perniagaan. Disana juga terdapat 15.000 penenun.
Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman.
Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar. Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota az-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.

e.      Kemajuan Di Bidang IImu Pengetahuan

Banyak Amir yang menaruh perhatian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, diantaranya seperti apa yang dilakukan oleh Hisyam. Dia mendorong para Teolog untuk pergi ke Medinah guna mempelajari ajaran-ajaran maliki. Dia mendirikan sekolah-sekolah untuk pengajaran bahasa Arab. Kota Cordova memiliki Perpustakaan yang besar yang memuat 600.000 jilid buku. Amir selalu mengupayakan penambahan dan penyempurnaan perpustakaan berikut buku-bukunya, baik dari dalam maupun luar negeri. (al-Hayyat,t.t.:34).
Amir sering menulis surat kepada setiap penulis kenamaan guna memeperoleh naskah karya ilmiah dan membayarnya sangat mahal. Pujangga arab, Abu Farj al-Aashfihani yang yang tinggal di Bagdad pernah didatangi utusan Amir Andalusia guna memperoleh naskah karangan lagu dan himpunan sajak al-Aghani dan diberinya hadiah 1000 dirham. (Brackelman, 1970:223).
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragossa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fezzan tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayatul- Mujtahid.
b. Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummul Hasan binti Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibnul Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c. Fiqh
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut madzhab Maliki. Yang memperkenalkan madzhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi, Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi' yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
Kemegahan Pembangunan Fisik
a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsyik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.
b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana az-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.

B.        KERUNTUHAN ANDALUSIA

1.      Proses Runtuhnya Andalusia

Dalam proses keruntuhannya di Andalusia, pemerintahan Islam melewati berbagai fase-fase. Kami membagi fase-fase tersebut sebagai berikut:

  • Fase I (Berakhirnya pemerintahan keluarga Umayyah)
Di zaman Hisyam II (976-1013 MO terdapat perubahan struktur politis. Hisyam II baru berusia 11 tahun ketika ia menduduki tahta. Karena usianya masih sangat muda, Ibunya yang bernama Sultanah Subh, dan sekretarisnya negara yang bernama muhammad Ibnu Abi Amir, mengambil alih tugas pemerintahan. (Mahmudunnasir, 1991:308). Hisyam II tidak mampu mengatasi ambisi para pembesar istana dalam merebut pengaruh dan kekuasaan.
Menjelang tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir menjadikan dirinya sebagai penguasa diktator. Dalam perjalanannya ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan rekan-rekan dan saingannya. Hal ini dimungkinkan karena ia mempunyai tentara yang setia dan kuat, ia amengirimkan tentara itu dalam berbagai ekpedisi yang berhasil menetapkan keunggulaannya atas para pangeran Kristen di Utara. Pada tahun itu juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar kehormatan al-Mansur Billah. la dapat mengharumkan kembali kekuasaan Islam di Spanyol, sekalipun ia hanya merupakan seorang penguasa bayangan. Pada tahun 1002 M ia wafat. Dan digantikan dengan anaknya Al-Muzaffar.
Kedudukan Hisam II tidak ubahnya seperti boneka, hal ini menunjukkan bahwa peranan khalifah sangat lemah dalam memimpin negara, dan ketergantungan kepada kekuatan orang lain mencerminkan bahwa khalifah dipilih bukan atas dasar kemampuan yang dimilikinya melainkan atas dasar warisan turun menurun. Hisam II memang bukan orang yang cakap untuk mengatur negara, tindakannya menimbulkan kelemahan dalam negeri. la tidak dapat membaca gejala-gejala pergerakan Kristen yang akan mulai tumbuh dan mengancam kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk dengan meninggalnya al-Muzaffar pada tahun 1009 M yang dalam kurun waktu 6 tahun masih dapat mempertahankan kekuasaan Islam di Spanyol.
AI-Muzaffar kemudian digantikan oleh Hajib al-Rahman Sancol. Karena ia tidak berkwalitas dalam memegang jabatannya sehingga dimusuhi penduduk dan kehilangan kesetiaan dari tentaranya. Akibatnya timbul kekacauan, karena tidak ada orang atau kelompok yang dapat mempertahankan ketertiban di seluruh negara. Akhirnya Hisyam II mema'zulkan diri pada tahun 1009 M, yang kemudian dipulihkan kembali tahtanya pada tahun berikutnya.
Sejak itu sampai tahun 1013 M, ia dan 6 orang anggota Umayyah lainnya serta tiga orang anggota keluarga setengah Barber masing-masing menjabat khalifah sementara. Dalam masa lebih kurang 22 tahun (1009-1031) M terjadi 9 kali pertukaran khalifah, tiga orang di antaranya dua kali maenduduki jabatan khalifah pada priode tersebut. Pada tahun 1031 M khilafah dihapuskan oleh orang-orang Cordova. (Hitti, 1970: 218).
  •  Fase II (Spanyol terpecah menjadi beberapa kerajaan)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatifpenyerangan. Mekipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sasterawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana yang lain.

  •  Fase III (Pemerintahan Dinasti Murabithun dan Muwahidun)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang didominasi, yaitu kekuasaan  dinasti Murabithun [1086-1143 M] dan dinasti Muwahhidun [1146-1235 M]. Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 m ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang kristen. Ia dan tentaranta memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Apanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun.  Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya pada tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tetapi hanya berlangsung tiga tahun.
 Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart [w 1128 M]. Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im, antara tahun 1114 dan 1154 M dan kota-kota muslim penting seperti Cordova, Almeria dan Granada jatuh di bawah kekuasaannya.  Untuk jangka waktu beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan, akan tetapi pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami dinasti Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M.  Kondisi Spanyol kembali semakin tidak menentu dan tidak terkendali, karana berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Pada tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248.  Dengan demikian seluruh Spanyol lepas dari kekuasaan Islam, kecuali Granada.

  •   Fase IV (Jatuhnya pemerintahan Bani Ahmar di Grenada )
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar [1232-1492].  Peradaban Islam kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini juga berakhir, karena perselisihan kalangan istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad, merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja dan akhirnya Abu Abdullah Muhammad memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Kemudian Abu Abdullah Muhammad meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkan saudaranya dan dua penguasa Kristen tersebut dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah Muhammad naik tahta[32] dinobatkan sebagai khalifah.
Kerja sama Abu Abdullah Muhammad dengan dua penguasa Kristen tersebut, sebagai awal berakhirnya kekuasaan terakhir umat Islam  di Cordova. Artinya, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas dengan hanya membantu Abu Abdullah Muhammad, tetapi keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol.  Maka keduanya melakukan serangan besar-besaran dan Abu Abdullah Muhammad tidak mampu menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya Abu Abdullah Muhammad mengaku kalah. Abu Abdullah Muhammad menyerahkan kekuasaannya kepada Ferdenand dan Isabella dan kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492M.  Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Maka pada tahun 1609 M, dapat dikatakan tiadak ada lagi umat Islam di daerah ini.

2.      Faktor - faktor Kemunduran dan Kehancuran Islam di Spanyol

Setelah Islam memperoleh kejayaan selama lebih kurang 7 abad, terjadi kemunduran yang membawa kepada kehancuran. Banyak faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini mundur dan kemudian hancur. Adapun faktor-faktor yang kemunduran dan kehancuran telah kami rangkai dengan menggunakan metode Efek Domino, antara lain sebagai berikut:  

1.      Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2.      Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.

3.       Terjadinya Pemberontakan

Terjadi beberapa peristiwa dan pemberontakan dan keharusan yang dilakukan oleh golongan-golongan tertentu yang merasa tidak puas, tidak senang, dan cemburu terhadap khalifah yang berkuasa. Pada zaman khalifah Hisyam (788-796 M) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya sendiri, Abdullah dan sulaiman. Mereka mempermaklumkan kemerdekaan dan memobilisasi kesatuan-kesatuan mereka di Teledo, tetapi mereka dapat dikalahkan oleh pasukan Hisyam yang terdiri dari 20.000 tentara pada tahun 790 M. Disamping itu, terdapat pula pemberontakanyang dilakukan oleh kaum Yamaniah di Tertosa yang dipimpin oleh Said Ibnu Husain, tetapi mereka dapat dikalahkan. Pada zaman Khalifah Abdurrahman (756-788 M) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang Berber, Yamaniah dan kepala-kepala suku Arab di Spanyol yang meminta bantuan kepada pejuang Kristen Prancis bernama Charles, dan mereka dapat dikalahkan oleh tentara Abdurrahman
Pada zaman khalifah Hakam (796-822) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh kaum faqih yang berambisi memperoleh kedudukan, mereka menghasut dan mencela hakam sebagai orang yang tidak beragama, dengan pidato-pidatonya mereka membakar kefanatikan orang-orang muslim Spanyol. Dan kaum Faqih dapat ditumpas dan mendapat serangan dari Sulaiman dan Abdullah, paman hakam yang masih hidup ketika dikalahkan oleh Hisyam, mereka meminta bantuan kepada Raja Franka, Charlemagne di Aix la Chapella. Akan tetapi mereka dapat dikalahkan, dan Sulaiman gugur dalam pertempuran, adapun Abdullah diampuni setelah ia menyerah. (Mahmudunnasir, 290) Setelah itu terjadi pula pemberontakan penduduk Taledo, yang akhirnya mereka dibantai dan mayatnya dibuang kedalam parit.
4.       Kesulitan Ekonomi
Banyaknya gerakana pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak menghabiskan daya dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani Umayyah mengendur.
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer.
5.      Melemahnya Kekuatan Militer dan Ekonomi
Disintegrasi politik yang terjadi pada waktu itu menyebabkan lemahnya kekuatan militer dan ekonomi, sedangkan faktor ekonomi sangat memegang peranan penting dalam mempersiapkan biaya perang. Orang-orang Kristen rupanya tahu tentang keadaan umat Islam yang sudah oyong itu. Oleh karena itu, pangeran-pangeran Kristen di Utara memperkuat posisi mereka untuk memerangi kaum Muslimin yang telah berpecah belah. Orang-orang Kristen yang semula pada abad ke-10 membayar upeti kepada orang Islam, tetapi menjelang pertengahan abad ke-II mereka dengan leluasa menuntut pembayaran upeti dari beberapa penguasa kecil Islam.
Perbatasan kekuasaan Kristen makin meluas ke sebelah Selatan. Peristiwa terpenting adalah tahun 1085 ketika penguasa Teledo yang lemah tidak mampu menahan tekanan raja Castille sehingga menyerahkan kota tersebut kepadanya. Teledo memiliki pertahanan yang kuat, karena di jaga di tiga sisinya oleh sungai Tagus, dan tidak pernah dapat direbut  kembali oleh orang-arang Islam.

6.       Munculnya Raja-raja Kecil
Timbulnya Perpecahan Dinasti Umayyah di Spanyol ditandai dengan munculnya raja-raja kecil, di antaranya Dinasti Abbadi. Dinasti Murabit, Dinasti Muwahhid, dan Dinasti Bani Nasr. (Nasution, 1985, 78). Mereka saling beperang dan mengadakan aliansi baik dengan penguasa Muslim atau dengan penguasa Kristen (Aragon dan Castille) yang dulu tidak dihancukan oleh Musa Ibnu Nusair di zaman Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh orang-orang Kristen, munculnya dinasti-dinasti kecil ini, yang menurut W. Montgomery watt, berjumlah sekitar tiga puluh negara kecil disebabkan penghapusan khilafah.


7.       Adanya Permintaan Bantuan terhadap Kekuasaan Luar.
Munculnya Dinasti Murabit dari Afrika Utara, yang datang ke Spanyol atas permintaan al-Mu'tamin untuk membantu untuk melawan Al-fonso, Raja castille. Dengan bantuan ini al-Mu'tamin, Amir Cordova dapat mengalahkan al-Fonso VI. Tetapi, sayangnya dengan kemenangan ini Yusuf Ibnu Tasyifin, raja Dinasti Murabit berhasrat hendak menguasai kekayaan Spanyol. Dua tahun kemudian Ibnu Tasyfin datang ke Spanyol, dan dalam waktu yang singkat Ia dapat menguasai Spanyol seluruhnya, karena perpecahan antara Arab dengan Arab dan antara Arab dengan Berber. Dengan demikian berdirilah di Spanyol Dinasti Murabit pada tahun 1090 M-1147 M. Akibat tindakan Ibnu Tasyfin tersebut timbul perpecahan antara muslim Spanyol dan Muslim Arab. Orang-orang Arab yang merasa tertekan meminta bantuan kepada Dinasti Muwahhidin di Moroko. Dinasti ini tidak menyia-nyiakan permintaan bantuan orang-orang Arab, mereka datang menyerbu Spanyol dan dengan mudah mereka dapat menguasainya. Hilanglah Dinasti Murabit dan berdirilah Dinasti Muwahhidin di Spanyol.
8.       Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk ath-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.
9.      Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.

10.   Munculnya Kekuatan Kristen di Spanyol
Bersatunya dua kerajaan Kristen, Lean dan Castille pada tahun 1230 M, telah meningkatkan usaha perebutan kekuasaan terhadap kekuasaan Islam di Spanyol semakin efektif. Tahun 1236 M. Cordova dapat direbut, dan tahun 1248 M. Seville jatuh pula ke tangan orang-orang Kristen. Pada waktu yang bersamaan tentara Castille semakin kuat, dan satu persatu kota-kota kekuasaan Islam dapat dikuasainya. Kota Malaga pun jatuh satu tahun kemudian. Kemudian, orang-orang Kristen merencanakan untuk mengambil alih kosta Granada yang masih bertahan. Penaklukan Granada ini tertunda disebabkan oleh terjadinya perselisihan antara Castille dengan Aragon. Namun, perselisihan tersebut tidak berlangsung lama, karena hubungan mereka membaik setelah Ferdinand II dari Arragon menikah dengan Isabella dari
Castille pada tahun 1469 M. Pada tahun 1490 M, Ferdinand membawa pasukan berkuda lebih kurang 10.000 orang, dan menyerbu Granada sampai la memperoleh kemenagan. Dengan jatuhnya Granada, maka hancurlah kekuasaan Islam di Spanyol dan negeri itu kembali dikuasai oleh Kristen. (Hitti, 1970: 555).
Pada tahun 1499 M, Cardinal Ximenes de Cismero melarang beredarnya buku-buku Islam dan ia membakarnya, bahkan pada tahun 1556 M, Philip II membuat undang-undang bagi orang-orang Islam yang tinggal di Spanyol untuk meninggalkan kepercayaan, adat istiadat, bahasa, dan pandangan hidup mereka. Hanya ada dua pilihan bagi orang-orang Islam, masuk agama Kristen atau meninggalkan Spanyol. Undang-Undang tersebut di pertegas oleh Philip III, banyak orang Islam yang dibunuh atas perintah raja Philip III. Nampaknya, kekejaman yang dilakukan itu merupakan cara untuk melenyapkan Islam sampai ke akar-akarnya.

C.        KONDISI ANDALUSIA PASCA KERUNTUHAN

1.      Tragedi Pasca Keruntuhan
q  Pembatalan klausul-klausul pada perjanjian Grenada (899 H/1494 M)
Seluruh pemimimpin spanyol mulai membatalkan 66 klausul yang telah disepakati sebelumnya. yang terpenting diantaranya adalah:
1.      Seluruh masjid tetap dipertahankan dan tidak dirusak.
2.      Tidak memasuki rumah orang muslim tanpa izin.
3.      Setiap muslim tetap tinggal di tanahnya.
4.      Seluruh kaum mislimin, baik anak-anak maupun orang dewasa, mendapat jaminan keamanan
5.      Tidak seorang kristenpun menguasai kaum muslim
6.      Kaum muslim bebas menjalankan ajaran agama mereka
7.      Tidak seorangpun muslim  boleh membawa tanda apapun yang membedakannya dari orang Kristen dan yahudi
8.      Kaum tidak membayar pajak melebihi yang pernah mereka bayarkan kepada daulah mereka
9.      Mereka memilik hak untuk bepergian di penjuru spanyol
10.  Tidak seorang muslim pun boleh dipaksa untuk memasuki agama Kristen dst.


1498 M
Setelah sepertiga juta muslim keluar dari spanyol, di sana banyak kaum muslim yang tidak mendapatkan cara untuk eksodus ke utara afrika dan mengaku beragam Kristen Karena takut disiksadi spanyol. Namun banyak dari kaum  uslim tetap mempertahankan keislaman dan menjalankan syiar-syiar islam secara diam-diam. Hal itu sampai diketahui diktator Fernando, raja spanyol, lalu ia mengusir kaum muslim ke gunung-gunung sehingga mereka dimangsa binatang-binatang buas, mati kelaparan, atau diperbudak oleh orang-orang spanyol. Mereka berkelana atau bersembunyi di desa-desa dengan membayar uang suap.

q  Pengkristenan muslim Andalusia secara paksa (904 H/1499 M)
Orang spanyol lupa pada janji mereka. Dewan investigasi mengeluarkan instruksi kardinal cisneros untuk melakukan tindakan keras terhadap kaum muslim di spanyol dan bertindak cepat  dalam mengkristenkan mereka secara paksa.
Mesjid Grenada diubah menjadi katedral, mushaf-mushaf dan kitab-kitab tafsir dan fiqih islam dibakar, kaum muslimin di berbagai tempat diusir, dan mereka dipaksa untuk ,urtad dari islam.
q  Pemberontakan  muslim Andalusia  terhadap pemerintah Spanyol      (907 H/1502 M)
Kaum muslimin Andalusia melakukan pemberontakan untuk melawan kesewenang-wenangan pemerintah Ratu Isabella yang telah mengkhianati klausul klausul perjanjian.
Mereka memberontak di pegunungan al-Busyrah dan  Gunung Merah. Mereka mengepung tentara Spanyol dan menghujani mereka dengan batu dari atas gunung sehingga ratusan tentara terbunuh, termasuk beberapa komandan Spanyol, seperti Fransisco Armez dan Alfonso Agulier. Ketika berita itu sampai ke Isabella, ia segera mengirim sebuah pasukan besar untuk mengepung pegunungan itu beserta para pemberontak di sana hingga mereka kelaparan dan terancam kematian. Pemberontakan yang telah berlangsung hampir 2 tahun berhasil meredam dan berakhir setelah Spanyol membiarkan kaum muslimin menyebrang ke Afrika Utara.



1508 M
Kardinal Zamniz memperingatkan seluruh penduduk muslim agar menyerahkan buku-buku dan manuskrip-manuskrip yang ada di perpustakaan-perpustakaan mereka. Jika tidak mereka akan mendapat siksaan keras.
Dalam beberapa hari saja, kardianl telah mengumpulkan ribuan buku  dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia meilih buku-bukudan manuskrip-manuskrip  yang dianggapnya berguna membangun ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Lalu ratusan ribu buku lainnya dibakar di sebuah lapangan terbuka di grenada, yang disebut Bab ar-Ramallah. Pembakaran tersebut dipimpin oleh raja Spanyol dan para pendeta katolik
1521 M
Penduduk Valencia memberontak terhadap raja Spanyol, Carlos. Raja tidak menemukan cara lain selain mengirim ribuan tentaranya untuk menumpas pemberontakan tersebut. Mereka membakar lahan- lahan pertanian, pusat-pusat perdagangan dan sumber kehidupan kaum muslim di kota tersebut. Tentara Spanyol itu menyerang dan membantaikaum muslimin, serta merampas harta milik mereka. Carlos tak peduli, walaupun ia telah berjanji meleindungi mereka setelah membayar upeti.

q  Pembentukan Dewan Investigasi oleh Carlos  (933 H/1526 M)
Dewan investigasi pertama dibentuk di Grenada atas perintah Raja Spanyol, Carlos, dengan tujuan untuk menyelidiki orang-orng islam yang pura-pura masuk kristen. Semua orang islam dipaksa agar jangan menggunakan bahsa arab, serta tidak boleh mengerjakan sholat, puasa, menggunakan nama Arab, berdo’a dengan do’a Islam atu menuburkan jenazah menurut syari’at Islam. Mereka jjuga dipaksa untuk minum khamar, memakan dagng babi dan bangkai, laki-laki tak boleh dikhitan dan orang mati harus dikuburkan menurut upacara agama Khatolik.
q  Pembakaran terhadap muslim (936 H/1529 M)
Penindasan terhadap kaum muslimin terus menungkat. Dewan yang sadis menghukum sekelompok kaum muslimin dengan cara dibakar hidup-hidup diatas bara api yang menyala di salah satu sudut kota Grenada. Peristiwa tersebut dilakukan hanya untuk meneror kaum muslim diseluruh penjuru Spanyol.
q  Pelarangan syi’ar islam di Spanyol oleh Phillip II (975 H/1567 M)
Raja Panyol Phillip II, menuruti saran penasehatnya untuk mengkristenkan kaum muslimin dan melarang syai’at Islam. Ia mengeluarkan peraturan bahwa seluruh rumah kaum muslimin di Spayol harus terbuka, tanpa pintu, agar segala pekerjaan mereka yang berpura pura masuk kristen di dalamnya dapat terlihat. Kamar-kamar mandi yangn digunakan untuk berwudhu dihancurkan, penggunaan bahasa arab dalam bentuk apapun dilarang. Setiap upacara pernikahan, kelahiran, dan kematian harus disaksikan  oleh wakil dari gereja khatolik. Walaupun demikian, kamum muslim tetap mampu mempertahankan agamanya.



q  Penyembelihan terhadap kaum muslimin (979 H/1571 M)
Philip II memerintahkan tentaranya untuk menyembelih perempuan dan anak-anak Muslim sehingga lapangan-lapangan terbuka di Grenada berubah menjadi lapangan pembantaian oleh komandan tentara Spanyol, Richwins, di hadapan kaum Muslimin yang lain. Adapun yang masih hidup di perbudak

q  Pemberangkata muslimin  dari Aragon Valencia dan Wilayah sekitarnya (1019 H/1610 M)
13000 umat islam diberangkatkan dari Valencia ke afrika Utara. Peraturan tersebuut dilaksanakan secara paksa, dimana umat Islam dilarang membawa harta dan bekal milik mereka. Dan berangkat menggunakan kapal menuju pantai Afrika tanpa membawa pakaian, makanan ataupun minuman. Pembarangkatannya dilakasanakan 6 tahun berturut-turut.
Pemberangkatan dilakukan karena Pemerintah spanyol meras cemas akan bertambahnya umat islam di wilayah Valencia (timur Spanyol) dan kerjasama mereka, baik secara sembunyi- sembunyi maupun secara terang-terangan akan mengganggu  pemerintahan Spanyol.
Pada tahun 1660 M, Pemerintah Spanyol diwilayah Aragon (terletak di timur laut Valencia yang berbatasan dengan prancis) mengikuti kebijakan Pemerintah Di Valencia sehingga  mengusir 200.000 umat islam umat Islam.
Pengusiran Kaum muslimin tidak hanya pada daerah Grenada, Valencia, danAragon. Akan tetapi meliputi sebagian besar Spanyol dan Portugal. Kaum Muslimin yang meninggalkan rumah berkisar antara 500.000 hingga 3 juta. Namunjumlah yang sampai ke daerah tujuan di Afrika Utara dan Wilayah yang dikuasai pemerintah Utsmani di eropa selatan mencapai 4 juta jiwa. Mereka yang meninggal, terbunuh, atau tenggelam tidak kurang dari 60000 jiwa.
Pemberangkatan paksa tersebut berakhir pada masa raja Philip III. Kebijakan tersebut menyebabkan Spanyol kehilangan Penduduk yang giat dalam perekonomian

q  Pemberontakan  ke-2 muslimin  (1069 H/1658 M)
            Para pemuda dan kaum Muslimin memberontak dan mengepung kota Grenada sehingga menimpakan kerugian besar menimpa kerugian besar  terahadap pasukan keamanan di sana. Ketika kaum muslimin di desa-desa dan kota kota bertetangga mendengar adanya pemberontakan itu. Mereka turut ikut bergabung. Mereka datang dari lebih dari 20 kota dan desa, terutama wilayah busyrah  (selatan grenada yang terbentang di laut mediterania)
            Akhirnya pemerintah Spanyol berjanji akan mengkaji tuntutan mereka. Namun pasukan Spanyol tetap membantai dan memperkosa kaum wanita, manghancurkan rumah-rumah dan membakar lahan-lahan.  Mendengar hal itu kaum muslimin kembal melakukan pemberontakan.  Sehingga raja Spanyol menarik pasukannya di Italia untuk mengepung bukit-bukit yang merupakan tempat pemberontak selama beberapa bulan. Raja pun memerintah utuk menangakp setiap laki-laki muslim yang berusia 14 tahun. Dengan berlalunya waktu, para pemberontak semakin melemah akibat kekurangan air, makan dan persediaan senjata. Akhirnya berakhirlah pemberontakan terbesar kaum muslimin di Andalusia

2.      Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Eropa

Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik[49]. Yang terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd [1120-1198 M]. Ibn Rusyd, melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aritoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepanka sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme [Ibn Rusyd-isme] yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.

Berawal dari gerakan Averroeisme inilah Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.[50] Buku-buku Ibn Rusyd di cetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke 17 di Jenewa.

Pengaruh peradaban Islam, termasuk didalamnyapemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah  wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan bangkitan kembali [renaissance] pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali kedalam bahasa Latin[52].

Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membina gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik [renaissance] pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17M, dan pencerahan [aufklaerung] pada abad ke-18 M.


BAB III
KESIMPULAN

Dari sejumlah uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa masuknya Islam di Spanyol berbeda dengan masuknya Islam di daerah lain. Datangnya Islam ke Spanyol atas permintaan dari pendududk setempat dan kedatangan Islam di Spanyol ternyata memberikan kontribusi yang tak ternilai, baik kepada dunia Islam, terlebih-lebih kepada dunia Barat, dalam hal ilmu pengetahuan dan peradaban.
Kemajuan yang dibawa dan diperkenalkan Islam dengan dunia barat ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh ilmuwan dan filosouf dari negeri tersebut. Spanyol pulalah yang menjadi gerbang utama masuknya Islam ke dunia Barat dan kemudian membangkitkan Barat dari dunia kegelapan dan memperkenalkan pada kemajuan.
Kekuasaan Islam di Spanyol yang telah mencapai puncak kejayaannya kemudian mulai melemah kemudian mundur dan hancur secara perlahan akibat berbagai faktor. Diantaranya faktor utama penyebab kehancuran tersebut adalah akibat terjadinya disintegrasi yang menyebabkan munculnya kerajaan-kerajaan kecil yang berusaha memerdekakan diri. Kekuasaan Islam kemudian digantikan oleh kekuasaan Kristen dan berusaha menghapus habis seluruh pengaruh Islam dan menghilangkan Islam dari bumi Spanyol.


referensi

http://faisalman.wordpress.com/2008/08/05/menyusuri-jejak-islam-di-andalusia/

http://baleebeut.blogspot.com/2010/09/proses-keruntuhan-islam-andalusia-dan.html

http://sindydwija.blogspot.com/2010/11/runtuhnya-dinasti-umayyah-di-andalusia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah_Al-Andalus

Nasution, Harun, 1978, Islam Ditinjaiu dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Universitas Indonesia, Jakarta.

Hitti, Pilip K, 1970, History of The Arabs, edisi ke-10, London Macmillan .

Mahmudunnasir, Syed, 1993, Islam Konsepsi dan Sejarahnya cet. III Remaja Rosdakarya, Bandung.

al-afifi, abd. hakim, 2002, 1000 Peristiwa dalam Islam cet. I PUSTAKA HIDAYAH, Bandung

Imamuddin, S.M. 1981, Muslim Spain, 711-1492 AD: A Sociological Study, Leiden : E.J. Brill.

Chejne, Anwar G, 1974, Muslim Spain: Its History and Culture, Menneapolis, The University of Minnesota Press.

Sou'yb, Yoesoef, 1977, Sejarah Daulat Umayyah di Cordo Bulan Bintang, Jakarta.

Brackkelman, Carl, 1970, History of Islamic Peoples. Putnames Sona, New York.

Yatim, Badri, 1993, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamyah II, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta









Comments
0 Comments

No comments: