MAKALAH PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA
حضارة الاسلامية في اندلوسيا
From the glory to the collapse of Andalus
BY
ILHAM MANSUR
SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM TAZKIA BOGOR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran orang-orang Islam di
Spanyol merupakan awal munculnya Islam di benua Eropa karena Spanyol merupakan
pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana diinformasikan dalam buku-buku
sejarah, ekspansi Islam ke Wilayah Barat (dalam hal ini benua Eropa bagian
Barat) terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifah (pemimpin)
AI-Walidbin Abdul Malik.
Pada saat itu Musa bin Nusair
sebagai panglima perang khalifah dan Tariq bin Ziyad sebagai komandan lapangan,
dimana keduanya dianggap sebagai tokoh pelaku utama atas masuknya Islam di
Spanyol. Mereka berhasil mnguasai wilayah Afrika Utara dan kemudian menyebrang
ke benua Eropa. (Nielsen, 1992: 1). Setelah masuknya Islam di Spanyol maka
banyaklah kemajuan-kemajuan yang diperoleh dan hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya tokoh-tokoh dan para ilmuwan yang muncul dari sana. Namun setelah
berabad-abad lamanya Islam menguasai Spanyol, mulai mengalami kemunduran dan
kehancuran bahkan kemudian Islam hilang dari bumi tersebut. Hal ini disebabkan
berbagai faktor.
B. Permasalahan
Dari uraian tersebut di atas, maka
muncullah beberapa persoalan sebagai berikut:
1.
Kemajuan-kemajuan apakah
yang telah dicapai oleh Spanyol pada masa kejayaan Islam di sana?
2.
Bagaimana proses runtuhnya
pemerintahan Islam di Spanyol?
3.
Faktor apa saja yang
menyebabkan runtuhnya Islam di Spanyol?
4.
Bagaimana kondisi umat
islam di Spanyol psca runtuhnya pemerintahan Islam?
5.
Bagaimana pengaruh
peradaban Islam di Andalusia terhadap Eropa?
C.
Metode dan Sistematika Penulisan
Tulisan yang berupa makalah ini mencoba
membahas persoalan atau masalah-masalah pokok sebagaimana telah dikemukakan
diatas dengan secara seksama. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan tulisan ini.
Adapun metode yang kami gunakan dalam
penulisan ini adalah metode deskriptif analisis, yakni menelaah sumber-sumber
data dan menganalisisnya dengan pendekatan sejarah. Serta menyajikannya dengan Domino
Efek.
Penulisan ini dibagi dalam tiga Bab yakni: Bab
I berisikan Pendahuluan yang meliputi; latar belakang masalah, Permasalahan dan
Metode Penulisan. Pada Bab II akan dibahas tentang Spanyol pada Masa Kekuasaan
Islam yang meliputi: Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa Islam dan
Kemunduran dan Kehancuran Islam, serta pengaruhnya terhadap Eropa. Bab III
adalah penutup yang memuat tentang kesimpulan dari tulisan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEMAJUAN
PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA
Umat Islam di Spanyol
telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh,
bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan
juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan
intelektual. Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol,
umat Islam
telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan
pengaruhnya membawa Eropa, dan
kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
a. Kemajuan Dalam Bidang Militer dan
Pemerintahan
Ketika
Spanyol masih merupakan wilayah yang integral dengan Damaskus, Spanyol Islam
adalah bagian dari propinsi magrib (wilayah Barat) yang ibu kotanya di Qairawan
(sekarang Tunisia), maka konstitusi yang berlaku sesuai dengan yang ada di
Damaskus. Sementara itu Spanyol terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu : Pusat,
Timur dan Barat. Wilayah pusat meliputi kota Cordova, Granada, Malaga, Almeria,
Jaen dan Toledo. Wilayah Timur meliputi Saragosa, Valencia, Murcia, Cartagena
dan Albarraccin. Wilayah Barat meliputi . Sevilla, Jerez, Gibraltar, Tarifa,
Beja, Budajoz, Merida, Silves dan lisbon.(Chejne, 1974: 138).
Untuk
melaksanakan pemerintahannya dibetuk lembaga-lembaga atau badan-badan yang
mempunyai tugas dan fungsi tertentu yang di tangani oleh orang-orang yang
sesuai dengan ke ahliannya. Beberapa badan dan jabatan yang ada pada saat itu
antara lain.
1. Al-Hajib, yaitu pejabat yang paling
berpengaruh di lingkungan istana, Sebagai media antara penguasa dengan
pegawai-pegawai istana dan rakyat lainnya.
2. Al-wazir atau mentri, yaitu orang yang
menangani masalah keuangan, hubungan. Hubungan luar negeri dan keadilan.
Jabatan ini kemudian menyamai jabatan hajib yang biasanya diduduki oleh para
panglima militer.
3. Al-Katib atau Sekretaris Negara, meliputi
pekerjaan korespondensi dan pengiriman surat-surat serta dokument negara.
4. Khazin al-Mal (petugas pajak), Yaitu orang
yang mengurusi pajak-pajak dari seluruh propinsi.
5. Al-Qadli atau Hakim, yang dibagi 3 bagian,
yaitu hakim militer, hakim rakyat dan Hakim para hakim.
6. Shahib al-Mazhalim, yaitu badan
pengendalian atau semacam hakim yang bertugas mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan para pejabat. Biasanya jabatan ini ditangani oleh
penguasa atau delegasinya.
Lembaga-Iembaga lain sebagai pembantu adalah
lembaga kepolisian, inspektur pasar, dinas pekerjaan umum, dan lembaga
perwakafan. Disamping itu ada Juga majelis-majelis yang diselenggarakan untuk
membahas berbagai persoalan.
Sebagai suatu
wilayah negara, Spanyol Islam diperlengkapi dengan personil-personil militer
lebih banyak dari jumlah ketika mereka datang. Dan untuk keamanan serta
pertahanan kedaulatannya, Amir membangun kekuatan militer di Spanyol. la
mendatangkan lebih dari 40.000 personil dari afrika untuk dilatih dengan
mendapat gaji baik, agar mereka benar-benar setia menghormati dan mau ikut
menjaga kekuasaan Amir.(Hitti, 1970 508).
Pasukan militer dibedakan menjadi empat
kelompok. Yaitu:
1. Tentara tetap (Profesional) yang
berpangkalan di Cordova.
2. Tentara Reguler (Jund) yang dipimpin oleh
penguasa wilayah militer.
3. Tentara Irreguler (Belladi), yaitu
orang-orang Arab yang datang bersama Musa Ibnu Nushair.
4. Tentara luar biasa atau sukarelawan
(Hasyid), yaitu orang-orang yang tidak diminta dan dengan sukarela bergabung
bersama kekuatan militer (lmamuddin, 1981: 63).
Adapun prestasi-prestasi Islam di berbagai
peperangan peperangan di antaranya
·
Menghentikan
serangan pasukan Abbasiyah (763 M)
·
Mengalahkan
raja prancis pada pertempuran selat Roncesvalles (778 M)
·
Menaklukkan
selatan prancis (792 M)
·
Mengalahkan
pasukan Normandia (844 M)
·
Mengalahkan
kerajaan Lyon (938 M)
·
Menaklukkan
Spanyol pada perang Symanchus (981 M)
·
Memukul
mundur pasukan Spanyol pada pertempuran jarbirah (999 M)
b. Kemajuan di Bidang Sosial
Masyarakat Spanyol Islam merupakan
masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan
Selatan), al-Muwalladun (orang-orang
Spanyol yang
masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal
dari Afrika
Utara), al-Shaqalibah (penduduk
daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang
menjadi tawanan Jerman dan
dijual kepada penguasa Islam
untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan
Kristen yang
masih menentang kehadiran Islam.
Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual
terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang
melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
Ketika Islam
datang ke Spanyol, komposisi masyarakat yang ada dinegeri itu cukup heterogen
yang terdiri dari orang Arab, orang Arab-Spanyol, orang Afrika Utara, dan orang
Yahudi. Heterogenitas masyarakat tersebut belakangan diketahui memberikan saham
intelektual dan kebudayaan yang cukup hebat yang kemudian melahirkan kembali
era kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban.
Heterogenitas
komposisi masyarakat, di ikuti dengan heterogenitas agama. Sementara Islam
datang dengan semangat toleransi begitu tinggi. Bahkan dengan semangat
toleransi itu Islam telah mengahiri kezaliman keagamaan yang sudah berlangsung
sejak lama. (Majdid,1995:70). Bagi orang Kristen dan orang Yahudi disediakan
hakim khusus yang sesuai dengan agama mereka masin-masing. (Syalaby, 1979: 86).
Semua kelompok agama dengan datangnya Islam, mendukung dan menyertai
pembangunan peradapan yang berkembang dengan gemilang.
Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang
timbul pada pemikiran para ulama dalam artiluas. Hal ini terbukti sekalipun
dalam konstelasi politik, masyarakat Islam Spanyol melepaskan diri dari
Baghdad, dari banyaknya para ulama Spanyol yang mendalami ilmu di Bagdad untuk
dikembangkan kemusian di Spanyol.
Persaingan antar muluk AI-Thawa'if ternyata
justru menyebabkan perkembangan peradaban. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitar
Cordova, semuanya bersaing ingin menandingi Cordova dalam hal kemajuan Ilmu
pengetahuan, sastra, seni, kebudayaan.
c. Kemajuan di
Bidang Perekonomian.
Masa
pemerintahan abdurrahman II merupakan zaman kegemilangan Islam, karena
pertumbuhan ekonomi yang baik terutama di bidang pertanian. Tanah-tanah gersang
diubah menjadi lahan yang produktif. Guna meningkatkan produktivitas pertanian,
Para ahli muslim melakukan study tentang tanah, menggunakan alat-alat baru
untuk meratakan gunduka-gundukan dan tanah berpasir. Juga menggunakan pupuk
untuk mempersubur tanah serta meningkatkan sistem irigasi.
Perkembangan
kemajuan di bidang perdagangan sangat memberikan keuntungan, termasuk bea dan
cukai, ekspor-impor yang dapat menempatkan kerajaan Islam Spanyol pada tingkat
tertinggi penghasilannya. Perkembangan di bidang ekonomi ini ditopang juga oleh
perencanaan pembelanjaan kerajaan yang terorganisir dengan baik sesuai rencana.
(Sou'yb, 1981 :221).
d. Kemajuan di Bidang pembangunan
fisik
Aspek-aspek
pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Saat
kordoba berada di puncak kejayaannya, ada sekitar 200.000 rumah di kota
tersebut, bersama dengan 600 masjid, 900 tempat permandian umum, 50 rumah
sakit, dan beberapa pasar besar yang melayani semua cabang perdagangan dan
perniagaan. Disana juga terdapat 15.000 penenun.
Dalam
perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian
juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang
tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan
jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga
mendapat jatah air.
Orang-orang
Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam
digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi
(penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda
air (water wheel) asal Persia yang
dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping
itu, orang-orang Islam juga
memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman.
Industri,
disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di
antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang
tembikar. Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol
adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman,
dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota az-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
e. Kemajuan Di Bidang IImu Pengetahuan
Banyak Amir
yang menaruh perhatian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, diantaranya
seperti apa yang dilakukan oleh Hisyam. Dia mendorong para Teolog untuk pergi
ke Medinah guna mempelajari ajaran-ajaran maliki. Dia mendirikan
sekolah-sekolah untuk pengajaran bahasa Arab. Kota Cordova memiliki
Perpustakaan yang besar yang memuat 600.000 jilid buku. Amir selalu
mengupayakan penambahan dan penyempurnaan perpustakaan berikut buku-bukunya,
baik dari dalam maupun luar negeri. (al-Hayyat,t.t.:34).
Amir sering menulis surat kepada setiap
penulis kenamaan guna memeperoleh naskah karya ilmiah dan membayarnya sangat
mahal. Pujangga arab, Abu Farj al-Aashfihani yang yang tinggal di Bagdad pernah
didatangi utusan Amir Andalusia guna memperoleh naskah karangan lagu dan
himpunan sajak al-Aghani dan diberinya hadiah 1000 dirham. (Brackelman,
1970:223).
a. Filsafat
Islam di Spanyol
telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah
Islam. Ia
berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad
ke-12. Minat terhadap filsafat dan
ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan
penguasa Bani
Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886
M).
Atas
inisiatif al-Hakam (961-976
M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar,
sehingga Cordova dengan perpustakaan
dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad
sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang
dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini
merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa
sesudahnya.
Tokoh utama
pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol
adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang
lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan
di Saragossa, ia pindah
ke Sevilla dan Granada.
Meninggal karena keracunan di Fezzan tahun
1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur,
masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail,
penduduk asli Wadi Asy, sebuah
dusun kecil di sebelah timur Granada dan
wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah
kedokteran, astronomi dan filsafat.
Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir
abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang
terbesar di gelanggang filsafat
dalam Islam,
yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun
1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan
dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan
kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan
agama. Dia juga ahli fiqh
dengan karyanya Bidayatul- Mujtahid.
b. Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan
lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur
dalam ilmu kimia dan astronomi.
Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash
terkenal dalam ilmu astronomi. Ia
dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa
lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak
antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli
dalam bidang obat-obatan. Ummul Hasan binti Abi Ja'far dan
saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari
kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi,
wilayah Islam
bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228
M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377
M) mencapai Samudera
Pasai dan Cina. Ibnul Khatib (1317-1374
M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibn Khaldun dari
Tunisia
adalah perumus filsafat sejarah.
Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol,
yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c. Fiqh
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal
sebagai penganut madzhab
Maliki. Yang memperkenalkan madzhab ini
di sana adalah Ziyad ibn Abdurrahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi
Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman.
Ahli-ahli Fiqh
lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi,
Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah
al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul
al-Ahkam, dan sebagainya.
d. Musik dan
Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai
kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi' yang
dijuluki Zaryab. Setiap kali
diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu
tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu.
Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun
wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e. Bahasa dan
Sastra
Bahasa Arab
telah menjadi bahasa administrasi dalam
pemerintahan Islam di Spanyol. Hal
itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan,
penduduk asli Spanyol
menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam
bahasa Arab,
baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan
Abu Hayyan al-Ghamathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd
al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid
buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak
lagi yang lain.
Kemegahan
Pembangunan Fisik
a. Cordova
Cordova adalah ibu
kota Spanyol
sebelum Islam,
yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini
dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir
di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu.
Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri
istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana
dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsyik. Di
antara kebanggaan kota Cordova lainnya
adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat
491 masjid di
sana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah
adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja
terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan
yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan
saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.
b. Granada
Granada
adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di
sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih
oleh Granada di
masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol.
Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hambra yang indah
dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu
dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan
fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana az-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan
lain-lain.
B.
KERUNTUHAN
ANDALUSIA
1. Proses Runtuhnya Andalusia
Dalam proses
keruntuhannya di Andalusia, pemerintahan Islam melewati berbagai fase-fase.
Kami membagi fase-fase tersebut sebagai berikut:
- Fase I (Berakhirnya pemerintahan keluarga Umayyah)
Di zaman
Hisyam II (976-1013 MO terdapat perubahan struktur politis. Hisyam II baru
berusia 11 tahun ketika ia menduduki tahta. Karena usianya masih sangat muda,
Ibunya yang bernama Sultanah Subh, dan sekretarisnya negara yang bernama
muhammad Ibnu Abi Amir, mengambil alih tugas pemerintahan. (Mahmudunnasir,
1991:308). Hisyam II tidak mampu mengatasi ambisi para pembesar istana dalam
merebut pengaruh dan kekuasaan.
Menjelang
tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir menjadikan dirinya sebagai penguasa
diktator. Dalam perjalanannya ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan rekan-rekan
dan saingannya. Hal ini dimungkinkan karena ia mempunyai tentara yang setia dan
kuat, ia amengirimkan tentara itu dalam berbagai ekpedisi yang berhasil
menetapkan keunggulaannya atas para pangeran Kristen di Utara. Pada tahun itu
juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar kehormatan al-Mansur Billah. la dapat
mengharumkan kembali kekuasaan Islam di Spanyol, sekalipun ia hanya merupakan
seorang penguasa bayangan. Pada tahun 1002 M ia wafat. Dan digantikan dengan
anaknya Al-Muzaffar.
Kedudukan
Hisam II tidak ubahnya seperti boneka, hal ini menunjukkan bahwa peranan
khalifah sangat lemah dalam memimpin negara, dan ketergantungan kepada kekuatan
orang lain mencerminkan bahwa khalifah dipilih bukan atas dasar kemampuan yang
dimilikinya melainkan atas dasar warisan turun menurun. Hisam II memang bukan
orang yang cakap untuk mengatur negara, tindakannya menimbulkan kelemahan dalam
negeri. la tidak dapat membaca gejala-gejala pergerakan Kristen yang akan mulai
tumbuh dan mengancam kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk dengan meninggalnya
al-Muzaffar pada tahun 1009 M yang dalam kurun waktu 6 tahun masih dapat
mempertahankan kekuasaan Islam di Spanyol.
AI-Muzaffar kemudian digantikan oleh Hajib
al-Rahman Sancol. Karena ia tidak berkwalitas dalam memegang jabatannya
sehingga dimusuhi penduduk dan kehilangan kesetiaan dari tentaranya. Akibatnya
timbul kekacauan, karena tidak ada orang atau kelompok yang dapat
mempertahankan ketertiban di seluruh negara. Akhirnya Hisyam II mema'zulkan
diri pada tahun 1009 M, yang kemudian dipulihkan kembali tahtanya pada tahun
berikutnya.
Sejak itu
sampai tahun 1013 M, ia dan 6 orang anggota Umayyah lainnya serta tiga orang
anggota keluarga setengah Barber masing-masing menjabat khalifah sementara.
Dalam masa lebih kurang 22 tahun (1009-1031) M terjadi 9 kali pertukaran
khalifah, tiga orang di antaranya dua kali maenduduki jabatan khalifah pada
priode tersebut. Pada tahun 1031 M khilafah dihapuskan oleh orang-orang Cordova.
(Hitti, 1970: 218).
- Fase II (Spanyol terpecah menjadi beberapa kerajaan)
Pada periode
ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di
suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar di
antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol
kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan
kepada raja-raja kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang kristen pada periode ini
mulai mengambil inisiatifpenyerangan. Mekipun kehidupan politik tidak stabil,
namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sasterawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu
istana ke istana yang lain.
- Fase III (Pemerintahan Dinasti Murabithun dan Muwahidun)
Pada periode
ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang didominasi, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun [1086-1143 M] dan dinasti
Muwahhidun [1146-1235 M]. Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan
agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 m
ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke
Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban
berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan
orang-orang kristen. Ia dan tentaranta memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan
berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja
muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Apanyol dan ia berhasil
untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja
yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika
Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh
ke tangan Kristen, tepatnya pada tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal
dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tetapi hanya
berlangsung tiga tahun.
Pada
tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut
daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart [w 1128 M]. Dinasti
ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im, antara tahun 1114 dan
1154 M dan kota-kota muslim penting seperti Cordova, Almeria dan Granada jatuh
di bawah kekuasaannya. Untuk jangka
waktu beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan, akan tetapi pada
tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.
Kekalahan-kekalahan yang dialami dinasti Muwahhidun menyebabkan penguasanya
memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235
M. Kondisi Spanyol kembali semakin tidak
menentu dan tidak terkendali, karana berada di bawah penguasa-penguasa kecil.
Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan
Kristen yang semakin besar. Pada tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa
Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248.
Dengan demikian seluruh Spanyol lepas dari kekuasaan Islam, kecuali
Granada.
- Fase IV (Jatuhnya pemerintahan Bani Ahmar di Grenada )
Pada periode
ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar
[1232-1492]. Peradaban Islam kembali
mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara
politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang
merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini juga berakhir, karena perselisihan
kalangan istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad, merasa tidak
senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya
menjadi raja dan akhirnya Abu Abdullah Muhammad memberontak dan berusaha
merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan
oleh Muhammad ibn Sa’ad. Kemudian Abu Abdullah Muhammad meminta bantuan kepada
Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkan saudaranya dan dua penguasa Kristen
tersebut dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah Muhammad naik
tahta[32] dinobatkan sebagai khalifah.
Kerja sama Abu
Abdullah Muhammad dengan dua penguasa Kristen tersebut, sebagai awal
berakhirnya kekuasaan terakhir umat Islam
di Cordova. Artinya, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua
kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas dengan
hanya membantu Abu Abdullah Muhammad, tetapi keduanya ingin merebut kekuasaan
terakhir umat Islam di Spanyol. Maka
keduanya melakukan serangan besar-besaran dan Abu Abdullah Muhammad tidak mampu
menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya Abu Abdullah
Muhammad mengaku kalah. Abu Abdullah Muhammad menyerahkan kekuasaannya kepada
Ferdenand dan Isabella dan kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua
pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Maka pada tahun 1609 M,
dapat dikatakan tiadak ada lagi umat Islam di daerah ini.
2. Faktor - faktor Kemunduran dan Kehancuran
Islam di Spanyol
Setelah Islam memperoleh kejayaan selama lebih
kurang 7 abad, terjadi kemunduran yang membawa kepada kehancuran. Banyak faktor
yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini mundur dan kemudian
hancur. Adapun faktor-faktor yang kemunduran dan kehancuran telah kami rangkai
dengan menggunakan metode Efek Domino, antara lain sebagai berikut:
1. Konflik
Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim
tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan
hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen
taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka,
termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.
Namun demikian, kehadiran Arab Islam
telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal
itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol
tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen.
Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam
sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak
Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain para muallaf
diperlakukan sebagai orang Islam yang
sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus,
orang-orang Arab
tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10
M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun
kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai
merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap
sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya
ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang
dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3.
Terjadinya Pemberontakan
Terjadi beberapa peristiwa dan pemberontakan
dan keharusan yang dilakukan oleh golongan-golongan tertentu yang merasa tidak
puas, tidak senang, dan cemburu terhadap khalifah yang berkuasa. Pada zaman
khalifah Hisyam (788-796 M) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya
sendiri, Abdullah dan sulaiman. Mereka mempermaklumkan kemerdekaan dan
memobilisasi kesatuan-kesatuan mereka di Teledo, tetapi mereka dapat dikalahkan
oleh pasukan Hisyam yang terdiri dari 20.000 tentara pada tahun 790 M.
Disamping itu, terdapat pula pemberontakanyang dilakukan oleh kaum Yamaniah di
Tertosa yang dipimpin oleh Said Ibnu Husain, tetapi mereka dapat dikalahkan.
Pada zaman Khalifah Abdurrahman (756-788 M) terjadi pemberontakan yang
dilakukan oleh orang Berber, Yamaniah dan kepala-kepala suku Arab di Spanyol
yang meminta bantuan kepada pejuang Kristen Prancis bernama Charles, dan mereka
dapat dikalahkan oleh tentara Abdurrahman
Pada zaman
khalifah Hakam (796-822) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh kaum faqih
yang berambisi memperoleh kedudukan, mereka menghasut dan mencela hakam sebagai
orang yang tidak beragama, dengan pidato-pidatonya mereka membakar kefanatikan
orang-orang muslim Spanyol. Dan kaum Faqih dapat ditumpas dan mendapat serangan
dari Sulaiman dan Abdullah, paman hakam yang masih hidup ketika dikalahkan oleh
Hisyam, mereka meminta bantuan kepada Raja Franka, Charlemagne di Aix la
Chapella. Akan tetapi mereka dapat dikalahkan, dan Sulaiman gugur dalam
pertempuran, adapun Abdullah diampuni setelah ia menyerah. (Mahmudunnasir, 290)
Setelah itu terjadi pula pemberontakan penduduk Taledo, yang akhirnya mereka
dibantai dan mayatnya dibuang kedalam parit.
4. Kesulitan Ekonomi
Banyaknya
gerakana pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir pemerintahan
Bani Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak menghabiskan daya dana yang
tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani Umayyah mengendur.
Di
paruh kedua masa Islam di Spanyol,
para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat
"serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul
kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan
militer.
5. Melemahnya Kekuatan Militer dan Ekonomi
Disintegrasi
politik yang terjadi pada waktu itu menyebabkan lemahnya kekuatan militer dan
ekonomi, sedangkan faktor ekonomi sangat memegang peranan penting dalam
mempersiapkan biaya perang. Orang-orang Kristen rupanya tahu tentang keadaan
umat Islam yang sudah oyong itu. Oleh karena itu, pangeran-pangeran Kristen di
Utara memperkuat posisi mereka untuk memerangi kaum Muslimin yang telah
berpecah belah. Orang-orang Kristen yang semula pada abad ke-10 membayar upeti
kepada orang Islam, tetapi menjelang pertengahan abad ke-II mereka dengan
leluasa menuntut pembayaran upeti dari beberapa penguasa kecil Islam.
Perbatasan
kekuasaan Kristen makin meluas ke sebelah Selatan. Peristiwa terpenting adalah
tahun 1085 ketika penguasa Teledo yang lemah tidak mampu menahan tekanan raja
Castille sehingga menyerahkan kota tersebut kepadanya. Teledo memiliki
pertahanan yang kuat, karena di jaga di tiga sisinya oleh sungai Tagus, dan
tidak pernah dapat direbut kembali oleh
orang-arang Islam.
6. Munculnya Raja-raja Kecil
Timbulnya Perpecahan Dinasti Umayyah di
Spanyol ditandai dengan munculnya raja-raja kecil, di antaranya Dinasti Abbadi.
Dinasti Murabit, Dinasti Muwahhid, dan Dinasti Bani Nasr. (Nasution, 1985, 78).
Mereka saling beperang dan mengadakan aliansi baik dengan penguasa Muslim atau
dengan penguasa Kristen (Aragon dan Castille) yang dulu tidak dihancukan oleh
Musa Ibnu Nusair di zaman Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, kesempatan
ini tidak disia-siakan oleh orang-orang Kristen, munculnya dinasti-dinasti
kecil ini, yang menurut W. Montgomery watt, berjumlah sekitar tiga puluh negara
kecil disebabkan penghapusan khilafah.
7. Adanya
Permintaan Bantuan terhadap Kekuasaan Luar.
Munculnya
Dinasti Murabit dari Afrika Utara, yang datang ke Spanyol atas permintaan
al-Mu'tamin untuk membantu untuk melawan Al-fonso, Raja castille. Dengan
bantuan ini al-Mu'tamin, Amir Cordova dapat mengalahkan al-Fonso VI. Tetapi,
sayangnya dengan kemenangan ini Yusuf Ibnu Tasyifin, raja Dinasti Murabit
berhasrat hendak menguasai kekayaan Spanyol. Dua tahun kemudian Ibnu Tasyfin
datang ke Spanyol, dan dalam waktu yang singkat Ia dapat menguasai Spanyol
seluruhnya, karena perpecahan antara Arab dengan Arab dan antara Arab dengan
Berber. Dengan demikian berdirilah di Spanyol Dinasti Murabit pada tahun 1090
M-1147 M. Akibat tindakan Ibnu Tasyfin tersebut timbul perpecahan antara muslim
Spanyol dan Muslim Arab. Orang-orang Arab yang merasa tertekan meminta bantuan
kepada Dinasti Muwahhidin di Moroko. Dinasti ini tidak menyia-nyiakan
permintaan bantuan orang-orang Arab, mereka datang menyerbu Spanyol dan dengan
mudah mereka dapat menguasainya. Hilanglah Dinasti Murabit dan berdirilah
Dinasti Muwahhidin di Spanyol.
8. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini
menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk
ath-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat
kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke
tangan Ferdinand dan Isabella, di
antaranya juga disebabkan permasalahan ini.
9. Keterpencilan
Spanyol
Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang
lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan
demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
10. Munculnya Kekuatan Kristen di Spanyol
Bersatunya
dua kerajaan Kristen, Lean dan Castille pada tahun 1230 M, telah meningkatkan
usaha perebutan kekuasaan terhadap kekuasaan Islam di Spanyol semakin efektif.
Tahun 1236 M. Cordova dapat direbut, dan tahun 1248 M. Seville jatuh pula ke
tangan orang-orang Kristen. Pada waktu yang bersamaan tentara Castille semakin
kuat, dan satu persatu kota-kota kekuasaan Islam dapat dikuasainya. Kota Malaga
pun jatuh satu tahun kemudian. Kemudian, orang-orang Kristen merencanakan untuk
mengambil alih kosta Granada yang masih bertahan. Penaklukan Granada ini
tertunda disebabkan oleh terjadinya perselisihan antara Castille dengan Aragon.
Namun, perselisihan tersebut tidak berlangsung lama, karena hubungan mereka
membaik setelah Ferdinand II dari Arragon menikah dengan Isabella dari
Castille pada
tahun 1469 M. Pada tahun 1490 M, Ferdinand membawa pasukan berkuda lebih kurang
10.000 orang, dan menyerbu Granada sampai la memperoleh kemenagan. Dengan
jatuhnya Granada, maka hancurlah kekuasaan Islam di Spanyol dan negeri itu
kembali dikuasai oleh Kristen. (Hitti, 1970: 555).
Pada tahun 1499 M, Cardinal Ximenes de
Cismero melarang beredarnya buku-buku Islam dan ia membakarnya, bahkan pada
tahun 1556 M, Philip II membuat undang-undang bagi orang-orang Islam yang
tinggal di Spanyol untuk meninggalkan kepercayaan, adat istiadat, bahasa, dan
pandangan hidup mereka. Hanya ada dua pilihan bagi orang-orang Islam, masuk
agama Kristen atau meninggalkan Spanyol. Undang-Undang tersebut di pertegas
oleh Philip III, banyak orang Islam yang dibunuh atas perintah raja Philip III.
Nampaknya, kekejaman yang dilakukan itu merupakan cara untuk melenyapkan Islam
sampai ke akar-akarnya.
C.
KONDISI ANDALUSIA PASCA KERUNTUHAN
1. Tragedi Pasca Keruntuhan
q
Pembatalan
klausul-klausul pada perjanjian Grenada (899 H/1494 M)
Seluruh pemimimpin spanyol mulai membatalkan 66
klausul yang telah disepakati sebelumnya. yang terpenting diantaranya adalah:
1.
Seluruh masjid tetap dipertahankan dan tidak dirusak.
2.
Tidak memasuki rumah orang muslim tanpa izin.
3.
Setiap muslim tetap tinggal di tanahnya.
4.
Seluruh kaum mislimin, baik anak-anak maupun orang dewasa, mendapat
jaminan keamanan
5.
Tidak seorang kristenpun menguasai kaum muslim
6.
Kaum muslim bebas menjalankan ajaran agama mereka
7.
Tidak seorangpun muslim boleh
membawa tanda apapun yang membedakannya dari orang Kristen dan yahudi
8.
Kaum tidak membayar pajak melebihi yang pernah mereka bayarkan kepada
daulah mereka
9.
Mereka memilik hak untuk bepergian di penjuru spanyol
10. Tidak seorang muslim pun boleh
dipaksa untuk memasuki agama Kristen dst.
1498 M
Setelah sepertiga juta muslim keluar dari spanyol, di
sana banyak kaum muslim yang tidak mendapatkan cara untuk eksodus ke utara afrika
dan mengaku beragam Kristen Karena takut disiksadi spanyol. Namun banyak dari kaum uslim tetap mempertahankan keislaman dan
menjalankan syiar-syiar islam secara diam-diam. Hal itu sampai diketahui
diktator Fernando, raja spanyol, lalu ia mengusir kaum muslim ke gunung-gunung
sehingga mereka dimangsa binatang-binatang buas, mati kelaparan, atau
diperbudak oleh orang-orang spanyol. Mereka berkelana atau bersembunyi di
desa-desa dengan membayar uang suap.
q
Pengkristenan muslim
Andalusia secara paksa (904 H/1499 M)
Orang
spanyol lupa pada janji mereka. Dewan investigasi mengeluarkan instruksi
kardinal cisneros untuk melakukan tindakan keras terhadap kaum muslim di
spanyol dan bertindak cepat dalam mengkristenkan
mereka secara paksa.
Mesjid
Grenada diubah menjadi katedral, mushaf-mushaf dan kitab-kitab tafsir dan fiqih
islam dibakar, kaum muslimin di berbagai tempat diusir, dan mereka dipaksa
untuk ,urtad dari islam.
q
Pemberontakan muslim Andalusia terhadap pemerintah Spanyol (907 H/1502 M)
Kaum
muslimin Andalusia melakukan pemberontakan untuk melawan kesewenang-wenangan
pemerintah Ratu Isabella yang telah mengkhianati klausul klausul perjanjian.
Mereka
memberontak di pegunungan al-Busyrah dan Gunung Merah. Mereka mengepung tentara Spanyol
dan menghujani mereka dengan batu dari atas gunung sehingga ratusan tentara
terbunuh, termasuk beberapa komandan Spanyol, seperti Fransisco Armez dan
Alfonso Agulier. Ketika berita itu sampai ke Isabella, ia segera mengirim
sebuah pasukan besar untuk mengepung pegunungan itu beserta para pemberontak di
sana hingga mereka kelaparan dan terancam kematian. Pemberontakan yang telah
berlangsung hampir 2 tahun berhasil meredam dan berakhir setelah Spanyol
membiarkan kaum muslimin menyebrang ke Afrika Utara.
1508
M
Kardinal
Zamniz memperingatkan seluruh penduduk muslim agar menyerahkan buku-buku dan
manuskrip-manuskrip yang ada di perpustakaan-perpustakaan mereka. Jika tidak
mereka akan mendapat siksaan keras.
Dalam
beberapa hari saja, kardianl telah mengumpulkan ribuan buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia
meilih buku-bukudan manuskrip-manuskrip
yang dianggapnya berguna membangun ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Lalu
ratusan ribu buku lainnya dibakar di sebuah lapangan terbuka di grenada, yang
disebut Bab ar-Ramallah. Pembakaran tersebut dipimpin oleh raja Spanyol dan
para pendeta katolik
1521
M
Penduduk
Valencia memberontak terhadap raja Spanyol, Carlos. Raja tidak menemukan cara
lain selain mengirim ribuan tentaranya untuk menumpas pemberontakan tersebut.
Mereka membakar lahan- lahan pertanian, pusat-pusat perdagangan dan sumber
kehidupan kaum muslim di kota tersebut. Tentara Spanyol itu menyerang dan
membantaikaum muslimin, serta merampas harta milik mereka. Carlos tak peduli,
walaupun ia telah berjanji meleindungi mereka setelah membayar upeti.
q
Pembentukan Dewan
Investigasi oleh Carlos (933 H/1526 M)
Dewan
investigasi pertama dibentuk di Grenada atas perintah Raja Spanyol, Carlos,
dengan tujuan untuk menyelidiki orang-orng islam yang pura-pura masuk kristen.
Semua orang islam dipaksa agar jangan menggunakan bahsa arab, serta tidak boleh
mengerjakan sholat, puasa, menggunakan nama Arab, berdo’a dengan do’a Islam atu
menuburkan jenazah menurut syari’at Islam. Mereka jjuga dipaksa untuk minum
khamar, memakan dagng babi dan bangkai, laki-laki tak boleh dikhitan dan orang
mati harus dikuburkan menurut upacara agama Khatolik.
q
Pembakaran terhadap
muslim (936 H/1529 M)
Penindasan
terhadap kaum muslimin terus menungkat. Dewan yang sadis menghukum sekelompok
kaum muslimin dengan cara dibakar hidup-hidup diatas bara api yang menyala di
salah satu sudut kota Grenada. Peristiwa tersebut dilakukan hanya untuk meneror
kaum muslim diseluruh penjuru Spanyol.
q
Pelarangan syi’ar islam di Spanyol oleh Phillip II
(975 H/1567 M)
Raja
Panyol Phillip II, menuruti saran penasehatnya untuk mengkristenkan kaum
muslimin dan melarang syai’at Islam. Ia mengeluarkan peraturan bahwa seluruh
rumah kaum muslimin di Spayol harus terbuka, tanpa pintu, agar segala pekerjaan
mereka yang berpura pura masuk kristen di dalamnya dapat terlihat. Kamar-kamar
mandi yangn digunakan untuk berwudhu dihancurkan, penggunaan bahasa arab dalam
bentuk apapun dilarang. Setiap upacara pernikahan, kelahiran, dan kematian
harus disaksikan oleh wakil dari gereja
khatolik. Walaupun demikian, kamum muslim tetap mampu mempertahankan agamanya.
q
Penyembelihan terhadap kaum muslimin (979 H/1571 M)
Philip II
memerintahkan tentaranya untuk menyembelih perempuan dan anak-anak Muslim
sehingga lapangan-lapangan terbuka di Grenada berubah menjadi lapangan
pembantaian oleh komandan tentara Spanyol, Richwins, di hadapan kaum Muslimin
yang lain. Adapun yang masih hidup di perbudak
q
Pemberangkata muslimin
dari Aragon Valencia dan
Wilayah sekitarnya (1019 H/1610 M)
13000 umat
islam diberangkatkan dari Valencia ke afrika Utara. Peraturan tersebuut
dilaksanakan secara paksa, dimana umat Islam dilarang membawa harta dan bekal
milik mereka. Dan berangkat menggunakan kapal menuju pantai Afrika tanpa
membawa pakaian, makanan ataupun minuman. Pembarangkatannya dilakasanakan 6
tahun berturut-turut.
Pemberangkatan
dilakukan karena Pemerintah spanyol
meras cemas akan bertambahnya umat islam di wilayah Valencia (timur Spanyol)
dan kerjasama mereka, baik secara sembunyi- sembunyi maupun secara
terang-terangan akan mengganggu pemerintahan Spanyol.
Pada tahun
1660 M, Pemerintah Spanyol diwilayah Aragon (terletak di timur laut Valencia
yang berbatasan dengan prancis) mengikuti kebijakan Pemerintah Di Valencia
sehingga mengusir 200.000 umat islam
umat Islam.
Pengusiran
Kaum muslimin tidak hanya pada daerah Grenada, Valencia, danAragon. Akan tetapi
meliputi sebagian besar Spanyol dan Portugal. Kaum Muslimin yang meninggalkan
rumah berkisar antara 500.000 hingga 3 juta. Namunjumlah yang sampai ke daerah
tujuan di Afrika Utara dan Wilayah yang dikuasai pemerintah Utsmani di eropa
selatan mencapai 4 juta jiwa. Mereka yang meninggal, terbunuh, atau tenggelam
tidak kurang dari 60000 jiwa.
Pemberangkatan paksa tersebut berakhir pada
masa raja Philip III. Kebijakan tersebut menyebabkan Spanyol kehilangan
Penduduk yang giat dalam perekonomian
q
Pemberontakan
ke-2 muslimin (1069 H/1658 M)
Para pemuda dan kaum Muslimin
memberontak dan mengepung kota Grenada sehingga menimpakan kerugian besar
menimpa kerugian besar terahadap pasukan
keamanan di sana. Ketika kaum muslimin di desa-desa dan kota kota bertetangga
mendengar adanya pemberontakan itu. Mereka turut ikut bergabung. Mereka datang
dari lebih dari 20 kota dan desa, terutama wilayah busyrah (selatan grenada yang terbentang di laut
mediterania)
Akhirnya pemerintah Spanyol berjanji
akan mengkaji tuntutan mereka. Namun pasukan Spanyol tetap membantai dan
memperkosa kaum wanita, manghancurkan rumah-rumah dan membakar
lahan-lahan. Mendengar hal itu kaum
muslimin kembal melakukan pemberontakan.
Sehingga raja Spanyol menarik pasukannya di Italia untuk mengepung bukit-bukit
yang merupakan tempat pemberontak selama beberapa bulan. Raja pun memerintah
utuk menangakp setiap laki-laki muslim yang berusia 14 tahun. Dengan berlalunya
waktu, para pemberontak semakin melemah akibat kekurangan air, makan dan
persediaan senjata. Akhirnya berakhirlah pemberontakan terbesar kaum muslimin
di Andalusia
2. Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Eropa
Kemajuan
Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada
khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang
banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia
dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Spanyol
merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik
dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban
antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada
dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa,
terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik[49]. Yang
terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd [1120-1198 M]. Ibn Rusyd,
melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas
pemikiran Aritoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran
bebas. Ia mengedepanka sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme
dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di
Eropa timbul gerakan Averroeisme [Ibn Rusyd-isme] yang menuntut kebebasan
berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan
Averroeisme ini.
Berawal dari
gerakan Averroeisme inilah Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan
rasionalisme pada abad ke-17 M.[50] Buku-buku Ibn Rusyd di cetak di Venesia
tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi lengkapnya terbit pada
tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di
Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke 17 di Jenewa.
Pengaruh
peradaban Islam, termasuk didalamnyapemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari
banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas
Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan
Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku
karya ilmuwan-ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah
pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama.
Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun
1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya
Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas.
Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari
universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti,
ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah
pemikiran al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.
Pengaruh ilmu
pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu
menimbulkan gerakan bangkitan kembali [renaissance] pusaka Yunani di Eropa pada
abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui
terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali
kedalam bahasa Latin[52].
Walaupun
Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam,
tetapi ia telah membina gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu
adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik [renaissance] pada abad
ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M,
rasionalisme pada abad ke-17M, dan pencerahan [aufklaerung] pada abad ke-18 M.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
sejumlah uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa masuknya Islam di
Spanyol berbeda dengan masuknya Islam di daerah lain. Datangnya Islam ke
Spanyol atas permintaan dari pendududk setempat dan kedatangan Islam di Spanyol
ternyata memberikan kontribusi yang tak ternilai, baik kepada dunia Islam,
terlebih-lebih kepada dunia Barat, dalam hal ilmu pengetahuan dan peradaban.
Kemajuan
yang dibawa dan diperkenalkan Islam dengan dunia barat ditandai dengan
munculnya tokoh-tokoh ilmuwan dan filosouf dari negeri tersebut. Spanyol
pulalah yang menjadi gerbang utama masuknya Islam ke dunia Barat dan kemudian
membangkitkan Barat dari dunia kegelapan dan memperkenalkan pada kemajuan.
Kekuasaan
Islam di Spanyol yang telah mencapai puncak kejayaannya kemudian mulai melemah
kemudian mundur dan hancur secara perlahan akibat berbagai faktor. Diantaranya
faktor utama penyebab kehancuran tersebut adalah akibat terjadinya disintegrasi
yang menyebabkan munculnya kerajaan-kerajaan kecil yang berusaha memerdekakan diri.
Kekuasaan Islam kemudian digantikan oleh kekuasaan Kristen dan berusaha
menghapus habis seluruh pengaruh Islam dan menghilangkan Islam dari bumi
Spanyol.
referensi
http://faisalman.wordpress.com/2008/08/05/menyusuri-jejak-islam-di-andalusia/
http://baleebeut.blogspot.com/2010/09/proses-keruntuhan-islam-andalusia-dan.html
http://sindydwija.blogspot.com/2010/11/runtuhnya-dinasti-umayyah-di-andalusia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah_Al-Andalus
Nasution, Harun, 1978, Islam Ditinjaiu dari
Berbagai Aspeknya, Jilid I, Universitas Indonesia, Jakarta.
Hitti, Pilip K, 1970, History of The Arabs,
edisi ke-10, London Macmillan .
Mahmudunnasir, Syed, 1993, Islam Konsepsi dan
Sejarahnya cet. III Remaja Rosdakarya, Bandung.
al-afifi, abd. hakim, 2002, 1000 Peristiwa
dalam Islam cet. I PUSTAKA HIDAYAH, Bandung
Imamuddin, S.M. 1981, Muslim Spain, 711-1492
AD: A Sociological Study, Leiden : E.J. Brill.
Chejne, Anwar G, 1974, Muslim Spain: Its
History and Culture, Menneapolis, The University of Minnesota Press.
Sou'yb, Yoesoef, 1977, Sejarah Daulat Umayyah
di Cordo Bulan Bintang, Jakarta.
Brackkelman, Carl, 1970, History of Islamic
Peoples. Putnames Sona, New York.
Yatim,
Badri, 1993, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamyah II, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta